
PAGARALAMPOS.COM - Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dengan banyak ikonik sejarah salah satunya merupakan Jalan Malioboro tersebut.
Lebih sekadar jalur utama daerah Malioboro menjadi saksi bisu perjalanan sejarah, budaya atau ekonomi Yogyakarta dari masa ke masa.
Asal-usul Nama Malioboro
Nama Malioboro diyakini berasal dari bahasa Sanskerta Malyabhara, yang berarti karangan bunga. Konon, pada masa kolonial Belanda, kawasan ini sering dihiasi bunga saat ada perayaan atau upacara kerajaan.
BACA JUGA:Candi Sukuh Karanganyar: Bentuk Arsitektur yang Unik, dan Tempat Bersejarah!
Perkembangan Malioboro pada Masa Kolonial
Pada era kolonial Belanda, Malioboro berkembang sebagai jalur penghubung antara Keraton Yogyakarta, Tugu Pal Putih, dan Benteng Vredeburg.
Pemerintah kolonial mulai membangun berbagai infrastruktur di sekitar kawasan ini, seperti gedung perkantoran, hotel, dan pertokoan, yang kemudian menjadikannya pusat aktivitas ekonomi.
Malioboro dalam Perjuangan Kemerdekaan
Salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi di kawasan ini adalah Serangan Umum 1 Maret 1949, ketika pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil merebut kembali Yogyakarta dari Belanda dalam waktu enam jam.
Peristiwa ini menegaskan bahwa Malioboro bukan hanya pusat ekonomi, tetapi juga simbol perjuangan nasional.
Transformasi Malioboro di Era Modern
Seiring berjalannya waktu, Malioboro mengalami berbagai perubahan. Di tahun era 1970-an kawasan tersebut berkembang menjadi pusat wisata belanja yang terkenal dengan pedagang kaki lima, toko suvenir, dan pasar tradisional seperti Pasar Beringharjo.
BACA JUGA:Kisah Sejarah Puri Agung Ubud : Istana Ubud Memiliki Arsitektur Relief Berwarna Emas!
Keberadaan seniman jalanan, pengamen, dan komunitas seni semakin memperkaya suasana budaya di Malioboro.