
Bagi masyarakat sekitar, Bukit Bulan memiliki nilai budaya dan spiritual. Dua singkapan kapur putih di tebing karst yang tampak seperti bulan purnama diyakini melambangkan laki-laki dan perempuan, yang dipercaya berhubungan dengan asal-usul penduduk setempat.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Ambon: Asal-Usul Hingga Tradisi,Adat istiadat, dan Memiliki Struktur Sosial!
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Kajang: yang Memiliki Karakteristik khas!
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Sunda: Memiliki Kebudayaan dan Berbagai Bahasa!
Selain lukisan cadas, Ruly juga menemukan fragmen tulang manusia, perkakas batu, dan tembikar di gua-gua Bukit Bulan.
Sebagian besar situs prasejarah ini berada di bagian barat karst, tepatnya di Desa Napal Melintang.
Salah satu situs utama adalah Gua Mesiu yang menunjukkan jejak hunian dari masa Pra-Neolitik hingga Neolitik.
Karakter Hunian dan Pola Hidup
Penduduk prasejarah Bukit Bulan tampaknya lebih mengandalkan perburuan dan pengumpulan makanan daripada pertanian, mengingat keterbatasan lahan datar untuk bercocok tanam.
Mereka memanfaatkan jebakan untuk menangkap hewan liar seperti siamang, rusa, babi, hingga kura-kura.
Ruly dan tim juga menemukan perkakas kecil dari batu obsidian, yang menunjukkan bahwa material ini kemungkinan didatangkan dari lokasi yang jauh, mengingat wilayah Bukit Bulan yang bukan kawasan vulkanik.
Perlindungan Situs Bersejarah
Meski kaya akan nilai sejarah, Bukit Bulan belum mendapat status sebagai kawasan cagar budaya yang dilindungi.
Selain itu, rencana pembangunan pabrik semen menjadi ancaman serius bagi kelestarian situs dan lingkungan masyarakat setempat.