Hal ini membuat nilai tukarnya menguat.
BACA JUGA:Mencekam! Tiga Kereta di Stasiun Tugu Yogyakarta Terbakar, Kepulan Asap Gegerkan Warga!
Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat
Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kuat cenderung menarik investasi asing.
Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) dan investasi portofolio meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik, yang pada akhirnya menyebabkan apresiasi.
BACA JUGA:Disbudpar Sumsel Imbau Pengelola Destinasi Wisata Tingkatkan Keamanan
Deflasi atau Inflasi yang Rendah
Inflasi yang terkendali membuat daya beli mata uang tetap stabil. Jika inflasi lebih rendah dibandingkan negara lain, daya saing ekspor meningkat dan kepercayaan terhadap mata uang domestik tetap kuat, sehingga nilainya cenderung menguat.
Intervensi Pemerintah dan Bank Sentral
Bank sentral suatu negara dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing dengan membeli atau menjual mata uang untuk mempengaruhi nilai tukarnya.
Jika bank sentral membeli mata uang domestik dalam jumlah besar, permintaannya akan meningkat, sehingga nilai tukarnya mengalami apresiasi.
BACA JUGA:Sambang ke Lapas Pagar Alam, Polres dan Koramil Bersinergi Tingkatkan Keamanan
Depresiasi dan apresiasi mata uang merupakan fenomena yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, kebijakan, dan sentimen pasar.
Faktor-faktor seperti inflasi, neraca perdagangan, suku bunga, kondisi politik, serta intervensi pemerintah memainkan peran penting dalam menentukan nilai tukar mata uang suatu negara.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap faktor-faktor ini sangat penting bagi pelaku ekonomi, termasuk investor, eksportir, dan pemerintah, untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar dan mengambil langkah strategis yang tepat.