Sehabis kekuasaan raja terakhir yg menempati tempat tinggal Bolon ini yaitu masukkan Mogang Purba berakhir, pewaris terakhirnya.
Menyerahkan tempat tinggal tersebut kepada Pemerintah Daerah Sumatera Utara hingga diakui secara nasional menjadi perwakilan rumah tata cara Sumatera Utara.
Seiring berjalannya waktu, tempat tinggal Bolon dipergunakan oleh warga asal kalangan biasa dan dihuni oleh sekitar 5 sampai 6 anggota keluarga di dalamnya.
eTmpat tinggal ini memiliki tiga bagian yaitu atap, tempat tinggal primer, dan rongga di bawah rumah.
BACA JUGA:Menyelami Misteri Suku Maya: Sejarah, Hingga Peninggalan Suku Maya!
Bagian atap disimbolkan menjadi dimensi kehidupan paling tinggi dan ialah daerah para tuhan. Bagian lantainya adalah dimensi kedua yg mendeskripsikan dimensi kehidupan manusia pada dunia.
Bagian rongga di bawah rumah disimbolkan sebagai dimensi ketiga yang menggambarkan dimensi paling bawah yaitu dunia kematian.
2. Atap yg Menyerupai Pelana Kuda
Tempat tinggal adat Bolon spesial Suku Batak mempunyai atap berbentuk pelana kuda
BACA JUGA:Menilik Sejarah Batik Solo: Dengan Berbagai Varian Motif yang Menarik!
rumah Bolon memiliki gaya arsitektur yang khas dan dapat dilihat berasal desain atapnya yang menyerupai pelana kuda atau tanduk kerbau.
Atapnya dibuat cukup tinggi dengan sudut-sudut yg kecil dan umumnya dihias menggunakan lukisan atau tabrakan khas Sumatera Utara.
Bangunannya berbentuk persegi panjang menggunakan konstruksi rumah panggung. Tiang-tiang penyangga yg digunakan untuk menyangga bagian tempat tinggal utama mempunyai tinggi kurang lebih 1,75 meter.
Tingginya Ruma Bolon mengakibatkan penghuni rumah atau tamu yang hendak masuk ke pada tempat tinggal harus memakai tangga.[2] Tangga Ruma Bolon terletak di tengah-tengah badan tempat tinggal.
BACA JUGA:Sejarah Desa Adat Ratenggaro: Tradisi dan Budaya Warga yang Dilakukan!
Hal ini menyebabkan Jika tamu atau penghuni rumah wajib menunduk buat berjalan ke tangga.