Inflasi menyebabkan daya beli mata uang menurun seiring waktu.
Sebagai contoh, harga barang dan jasa yang dulu murah bisa menjadi sangat mahal beberapa tahun kemudian.
Bitcoin dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi karena nilainya cenderung meningkat dalam jangka panjang.
BACA JUGA:Peran Dua Petinggi Pertamina yang Dijemput Paksa Kejaksaan? Begini Kronologinya!
Beberapa investor melihat Bitcoin sebagai cara untuk menyimpan kekayaan dan melindungi nilai aset dari depresiasi yang disebabkan oleh kebijakan moneter yang longgar.
Adopsi Global dan Permintaan yang Meningkat
Seiring waktu, Bitcoin semakin banyak digunakan sebagai aset investasi, alat pembayaran, dan penyimpan nilai.
Banyak perusahaan besar dan investor institusional mulai memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio mereka sebagai aset safe haven, mirip dengan emas.
Negara-negara dengan inflasi tinggi, seperti Venezuela dan Argentina, juga mulai mengadopsi Bitcoin sebagai alternatif terhadap mata uang nasional mereka yang mengalami hiperinflasi.
BACA JUGA:Warga Sumsel Siap Mudik 2025: Tol Sepanjang 31 KM Akan Segera Dioperasikan!
Bitcoin disebut sebagai "emas digital" karena memiliki sifat langka, tahan lama, dan kebal terhadap inflasi.
Dengan pasokan terbatas, mekanisme halving, desentralisasi, serta meningkatnya adopsi global, Bitcoin semakin diakui sebagai aset yang dapat melindungi nilai kekayaan dari tekanan inflasi.
Meskipun harga Bitcoin bisa sangat fluktuatif dalam jangka pendek, banyak investor percaya bahwa dalam jangka panjang, Bitcoin akan tetap menjadi pilihan utama untuk menyimpan kekayaan di era digital.