
Setelah Tribhuwana Wijayatunggadewi turun takhta, Hayam Wuruk naik sebagai raja, sementara Gajah Mada tetap menjadi Mahapatih.
Pada periode ini, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan menaklukkan lebih dari 30 wilayah, di antaranya Bedahulu (Bali), Lombok, Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudera Pasai, Pulau Bintan, Tumasik (Singapura, Semenanjung Malaya, Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga, Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludug, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalong, Tanjungkutai, hingga Malinau.
BACA JUGA:Legenda Ken Arok: Perebutan Kekuasaan yang Mengubah Sejarah Nusantara
BACA JUGA:Kerajaan Kediri: Jejak Kejayaan Hindu dalam Sejarah Nusantara
Pada era Hayam Wuruk, Majapahit semakin memperluas wilayahnya hingga mencakup Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Batayan, Luwuk, Makassar, Buton, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.
Kejayaan dan Pengaruh Majapahit
Puncak kejayaan Majapahit terjadi pada pertengahan abad ke-14, terutama di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat mengenai cakupan wilayah kekuasaannya, banyak sumber menyatakan bahwa pengaruh Majapahit mencakup hampir seluruh Nusantara dan sebagian Semenanjung Malaya.
Majapahit juga menjalin hubungan dagang serta diplomatik dengan berbagai kerajaan di Asia, seperti Bengal, Tiongkok, Champa, Kamboja, Annam (Vietnam Utara), dan Siam (Thailand).
BACA JUGA:Menguak Rahasia Prasasti Yupa: Jejak Kerajaan Kutai dalam Sejarah Nusantara
BACA JUGA:Suku Moronene di Sulawesi Tengah: Menggali Warisan Budaya dan Sejarah yang Memikat
Dalam Nagarakretagama yang ditulis pada 1365, disebutkan bahwa Majapahit mengklaim kekuasaan atas Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan bahkan beberapa wilayah di Filipina.
Meski begitu, beberapa sejarawan berpendapat bahwa pengaruh Majapahit di wilayah-wilayah tersebut lebih bersifat perdagangan dan diplomasi, bukan kekuasaan politik langsung.
Pada 1377, setelah wafatnya Gajah Mada, Majapahit melancarkan ekspedisi militer ke Palembang, yang berujung pada kehancuran sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya.
Namun, seiring berjalannya waktu, pengaruh Majapahit mulai menghadapi tantangan, terutama dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Meskipun Majapahit dikenal sebagai kerajaan besar dengan kekuatan militer dan diplomasi yang luar biasa, sebagian besar stabilitasnya bergantung pada perdagangan dan aliansi strategis.