Salah satunya adalah Puri Agung Pemecutan yang terletak di Kota Denpasar. Puri ini pernah menjadi pusat pemerintahan serta tempat tinggal raja pada zaman itu.
Selain itu, tradisi seni tari, gamelan, dan upacara adat, seperti Tari Baris dan Tari Legong, masih hidup dan mencerminkan warisan budaya kerajaan ini.
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Kerajaan Badung adalah Perang Puputan Badung yang terjadi pada tahun 1906, ketika Belanda menyerang kerajaan.
BACA JUGA:Tragedi Titanic: Kisah Pilu yang Terukir Abadi dalam Sejarah Perjalanan Laut
BACA JUGA:Jejak Sejarah di Medan: 4 Bangunan Bersejarah yang Menceritakan Kisah Kota
Rakyat Badung, dengan pemimpin I Gusti Ngurah Made Agung, menunjukkan perlawanan heroik meski harus berakhir dengan pengorbanan besar.
Monumen Puputan Badung di Denpasar dibangun untuk mengenang keberanian rakyat dan pemimpin kerajaan dalam melawan penjajahan.
Raja-Raja Kerajaan Badung
Sejumlah raja dari dinasti Pemecutan memimpin Kerajaan Badung, dan salah satu yang paling terkenal adalah I Gusti Ngurah Made Agung, yang memimpin saat Perang Puputan Badung.
Ia dikenal sebagai sosok yang berani dan rela mengorbankan dirinya demi kehormatan rakyat dan kerajaannya.
BACA JUGA:Jejak Sejarah di Medan: 4 Bangunan Bersejarah yang Menceritakan Kisah Kota
BACA JUGA:Mengungkap 4 Bangunan Bersejarah di Pusat Kota Medan yang Wajib Dikunjungi
Masa Kejayaan dan Kemunduran Kerajaan Badung
Pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19, Kerajaan Badung mencapai puncak kejayaannya.
Pada masa itu, kerajaan ini menjadi pusat kekuatan politik dan budaya di Bali, dengan ekonomi yang berkembang pesat dan seni budaya yang mencapai kemegahan.
Komoditas utama seperti padi, kelapa, dan rempah-rempah menjadi bagian penting dari sistem ekonomi kerajaan.