PAGARALAMPOS.COM - Ketika pemberontak Khmer Merah menduduki Phnom Penh pada April 1975, suasana penuh ketakutan menyelimuti kota tersebut.
Berbeda dengan saat Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) memasuki Damaskus, di mana rakyat menyambut dengan sorak-sorai dan kegembiraan.
Saat Khmer Merah menguasai Phnom Penh, mereka menghancurkan seluruh struktur kekuasaan, termasuk mengeksekusi banyak tokoh penting seperti PM Long Boret dan adik dari Presiden Lon Nol, Lon Non.
Dalam periode empat tahun, dua juta orang dieksekusi di bawah kekuasaan Khmer Merah.
BACA JUGA:Tonggak Sejarah Persatuan Indonesia Memaknai dan Pengaruh Hari Sumpah Pemuda
BACA JUGA:Angklung: Sejarah dan Peranannya dalam Budaya Indonesia yang Mendunia
Sementara itu, Lon Nol berhasil melarikan diri sebelum Phnom Penh jatuh.
Ketika Abu Mohammed Al-Jolani memastikan bahwa Presiden Bashar Al-Assad telah melarikan diri, ia dan pasukannya memasuki Damaskus.
Rakyat Suriah menyambut mereka dengan antusias. Al-Jolani, yang sebelumnya memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, mengeluarkan pernyataan yang menenangkan, menyerukan untuk menjaga keharmonisan antar sesama dan membuka penjara untuk membebaskan tahanan politik.
Lebih mengejutkan lagi, Al-Jolani meminta PM Mohammed Ghazi Al-Jalali untuk membentuk pemerintahan transisi, dan memberikan instruksi untuk tidak merusak fasilitas negara, yang dianggap sebagai milik rakyat.
BACA JUGA:Mengungkap Misteri Candi Asu di Lereng Merapi: Keindahan dan Sejarah yang Memikat
BACA JUGA:Raja Siliwangi: Pemimpin Legendaris yang Mengukir Sejarah Kejayaan Nusantara
Al-Sham, yang menjadi bagian dari nama Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), merujuk pada wilayah Syam yang kaya akan sejarah.
Syam, yang termasuk Suriah, memiliki peran penting dalam sejarah Islam, dengan Nabi Muhammad SAW pernah berkunjung dua kali, baik sebagai anak muda maupun setelah menikah.
Kini, Suriah (Al-Sham) telah dibebaskan, dan banyak kota merayakannya tanpa ketakutan atau kekhawatiran bahwa kelompok pemberontak Islam akan menghancurkan semuanya. Al-Jolani menekankan pentingnya merangkul dan tetap rendah hati dalam memimpin.