Meskipun mayoritas masyarakat Kutai kini menggunakan Bahasa Indonesia, bahasa Kutai tradisional yang dipengaruhi oleh bahasa Melayu dan Sanskerta masih digunakan dalam upacara adat atau perayaan tradisional.
Bahasa ini memiliki berbagai ekspresi dan kata-kata unik yang hanya dikenal oleh masyarakat Kutai, yang menjadi bagian dari identitas mereka.
Tradisi Adat yang Masih Terjaga
Suku Kutai dikenal sangat menghargai tradisi adat mereka, salah satunya adalah upacara "Hudoq" yang merupakan ritual untuk menghormati roh nenek moyang dan memohon keselamatan.
BACA JUGA:Tonggak Sejarah Persatuan Indonesia Memaknai dan Pengaruh Hari Sumpah Pemuda
BACA JUGA:Angklung: Sejarah dan Peranannya dalam Budaya Indonesia yang Mendunia
Upacara ini biasanya dilakukan pada musim panen, dengan masyarakat mengenakan kostum khas yang terbuat dari kayu dan daun, serta menari untuk mengusir roh jahat. Tradisi ini mencerminkan hubungan erat antara manusia, alam, dan roh leluhur.
Kearifan Lokal yang Terjaga
Suku Kutai juga dikenal dengan kearifan lokal mereka yang diwariskan secara turun-temurun. Pengetahuan mereka tentang berburu, bertani, dan menjaga ekosistem sekitar sangat tinggi.
Salah satu tradisi pertanian yang masih dipraktikkan adalah pola ladang berpindah yang dikenal dengan nama "kota," yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam dan menghindari kerusakan lingkungan.
BACA JUGA:Raja Siliwangi: Pemimpin Legendaris yang Mengukir Sejarah Kejayaan Nusantara
BACA JUGA:Kekayaan Sejarah Pasemah Dibalik Historis Megalitikum Yang tak Terwariskan
Seni dan Kerajinan Tradisional
Kesenian dan kerajinan tangan juga menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Kutai.
Salah satunya adalah tenun Kutai, yang memiliki motif geometris khas dan dibuat dengan alat tenun tradisional. Setiap motif dalam tenunan ini memiliki makna filosofi yang mendalam.
Selain itu, kerajinan dari rotan dan kayu juga banyak diproduksi, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun sebagai barang seni.