Bagi para pria dalam suku tersebut, ritual ini juga memiliki nilai tersendiri.
Mereka berperan sebagai pihak yang "mengujikan" kesiapan calon pengantin perempuan dan sekaligus menjadi bagian dari komunitas yang menghormati tradisi yang sudah ada turun-temurun.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Bahasa Besemah: Salah Satu Bahasa Tertua di Indonesia!
Kontroversi dan Kritik terhadap Tradisi Ini
Namun, banyak kalangan mengkritik tradisi ini sebagai bentuk eksploitasi seksual terhadap wanita.
Pihak-pihak yang menentang ritual ini menyatakan bahwa perempuan harus diberi hak untuk memilih pasangan hidupnya tanpa adanya paksaan atau peraturan adat yang merendahkan martabat mereka.
Beberapa organisasi hak asasi manusia juga berusaha untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat suku Digo tentang pentingnya menghormati hak-hak wanita dan menuntut perubahan terhadap tradisi yang dianggap merugikan.
Para feminis dan aktivis kemanusiaan menyerukan agar tradisi ini dihentikan, dengan alasan bahwa setiap wanita berhak atas tubuh dan pilihannya sendiri, tanpa harus tunduk pada tradisi yang berpotensi menyakiti atau mempermalukan mereka.
Ada juga yang menganggap bahwa tradisi ini memperpanjang ketidaksetaraan gender dan menjadikan perempuan sebagai objek untuk kepentingan pihak lain.
BACA JUGA:Bukan Cuma Makanan, Tapi Sejarah Bakwan yang Menarik! Tahu Tidak?
Perubahan di Tengah Tradisi yang Kuno
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak kalangan dalam suku Digo yang mulai mempertanyakan relevansi tradisi ini.
Generasi muda dari suku ini mulai melihat bahwa menghormati hak-hak individu, termasuk hak wanita untuk memilih pasangan dan menjalani kehidupan yang lebih setara, adalah hal yang penting.
Beberapa tokoh adat bahkan mulai melakukan perubahan perlahan untuk menggantikan atau mengubah ritual tersebut dengan cara yang lebih menghormati kesetaraan gender.
Meski begitu, perubahan dalam sebuah tradisi yang telah berjalan ratusan tahun bukanlah hal yang mudah.
BACA JUGA:Apa yang Membuat Kurma Begitu Khas dan Penuh Sejarah? Simak Penjelasannya!