PAGARALAMPOS.COM - Pada awal abad ke-20, wilayah Papua, yang kala itu masih berada di bawah kekuasaan Belanda, menjadi saksi dari sejumlah peristiwa tragis yang melibatkan suku-suku pribumi.
Salah satu yang paling dikenang adalah pembalasan dendam yang dilakukan oleh Suku Asmat terhadap Belanda akibat peristiwa Awyu pada tahun 1905.
Kejadian ini, yang pada akhirnya berujung pada tewasnya putra Wakil Presiden Amerika Serikat, menjadi sebuah babak kelam dalam sejarah konflik antara bangsa kolonial dan suku-suku asli Papua.
BACA JUGA:Analisis Arkeologis Penemuan Kota Kuno Maya di Hutan Meksiko: Mengungkap Sejarah yang Tersembunyi
Peristiwa Awyu: Pemicunya Konflik
Peristiwa Awyu bermula dari ketegangan yang meningkat antara Suku Asmat dan penjajah Belanda di Papua.
Belanda, yang mencoba menguasai wilayah ini, sering kali menggunakan kekerasan untuk menundukkan suku-suku yang mendiami wilayah pedalaman.
Salah satu peristiwa yang memicu kemarahan Suku Asmat terjadi pada tahun 1905, ketika seorang kepala suku Awyu yang dianggap memiliki hubungan baik dengan Belanda dibunuh oleh tentara kolonial.
Pembunuhan ini dipicu oleh perselisihan kecil yang dibesar-besarkan oleh pihak Belanda, yang berusaha menunjukkan kekuasaannya atas suku-suku di Papua.
Suku Asmat, yang dikenal sebagai salah satu suku paling tangguh di Papua, merasa sangat terhina dan marah oleh tindakan Belanda yang tidak hanya mencabut nyawa seorang pemimpin, tetapi juga mempermalukan martabat mereka.
Sebagai bentuk balas dendam, mereka memutuskan untuk menyerang pemukiman Belanda yang terletak di pesisir.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Bahasa Besemah: Salah Satu Bahasa Tertua di Indonesia!
Balas Dendam Suku Asmat
Pada tahun 1905, Suku Asmat melakukan serangan mendalam ke wilayah yang dikuasai Belanda.
Mereka melancarkan serangan yang penuh kebrutalan, menyerbu pemukiman kolonial Belanda dan membantai hampir seluruh penghuni di sana.