Setelah persiapan ini, mereka mulai berbaris dan bergerak dalam formasi yang teratur, menari dengan gerakan yang penuh energi sambil bersiul dan berteriak untuk menarik perhatian wanita.
Yang menarik adalah bahwa wanita Wodaabe memiliki peran yang sangat penting dalam ritual ini.
BACA JUGA:Peradaban Suku Maya. Peninggalan Sejarah Terbesar Dunia
Meskipun para pria memamerkan pesona mereka, mereka tidak dipilih secara langsung oleh wanita.
Sebaliknya, wanita yang tertarik pada seorang pria akan mendekatinya dan mengajaknya berbicara, menunjukkan ketertarikan mereka.
Jika seorang pria berhasil menarik perhatian wanita, dia akan "menculik" atau "mengambil" wanita itu, yang kemudian dapat mengajaknya untuk hidup bersama, sebagai tanda bahwa wanita tersebut telah memilihnya sebagai pasangan.
Namun, praktik penculikan ini tidaklah sekejam yang mungkin terdengar.
BACA JUGA:7 Ulama yang Terkenal Perjuangannya dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Dalam budaya Wodaabe, ritual ini lebih bersifat simbolis dan penuh penghormatan.
Wanita yang diculik memiliki kesempatan untuk menerima atau menolak tawaran tersebut.
Jika dia menerima, pria tersebut akan membawa wanita tersebut kembali ke kampnya.
Namun jika wanita tersebut menolak, pria tersebut harus menghormati keputusan itu dan tidak boleh memaksakan kehendaknya.
BACA JUGA:Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Tonggak Sejarah Persatuan dalam Perjuangan Bangsa
Filosofi di Balik Tradisi
Tradisi ini, meskipun tampak kontroversial, memiliki filosofi yang dalam.
Bagi suku Wodaabe, cinta dan hubungan pernikahan tidaklah semata-mata berdasarkan pada materi atau status sosial, melainkan lebih kepada penghargaan terhadap kecantikan fisik dan kemampuan beradaptasi dengan alam.