Perkembangan perkebunan teh di Gunung Dempo berjalan pesat, dan kawasan ini segera menjadi pusat produksi teh di Sumatera Selatan.
BACA JUGA:Gunung Sindoro: Jejak Sejarah dan Cerita Mistis di Balik Keindahannya
Para pekerja lokal dipekerjakan di perkebunan ini, sementara tenaga ahli dan pengelola perkebunan didatangkan dari Belanda.
Proses pengolahan teh di Gunung Dempo pun mulai diatur dengan ketat untuk menghasilkan teh berkualitas tinggi yang dapat bersaing di pasar internasional.
Teh dari Gunung Dempo mulai diekspor ke berbagai negara Eropa dan dikenal dengan cita rasa yang khas.
Pembangunan infrastruktur di sekitar perkebunan juga turut berkembang.
BACA JUGA:Menguak Rahasia Gunung Sindoro: Legenda, Sejarah, dan Mitos yang Melekat
Jalan-jalan dibuat untuk memudahkan pengangkutan teh dari kebun menuju pelabuhan dan kemudian ke luar negeri.
Berbagai fasilitas pendukung, seperti pabrik pengolahan teh, dibangun di kawasan ini.
Sebagian besar hasil teh dari Gunung Dempo dikirim ke Belanda sebagai komoditas ekspor utama.
Masa Kemerdekaan dan Perubahan Pengelolaan
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya pada tahun 1945, perkebunan teh Gunung Dempo tidak lagi dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.
BACA JUGA:Mengenal Suku Arfak: Kekayaan Tradisi dan Sejarah dari Pegunungan Papua
Pengelolaan perkebunan beralih ke pihak pemerintah Indonesia, dan perkebunan teh ini dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN), yang bertanggung jawab mengelola berbagai perkebunan teh di Indonesia.
Pengelolaan ini mencakup modernisasi fasilitas produksi, perbaikan infrastruktur, dan pengembangan kesejahteraan pekerja lokal.
Selama era Orde Baru, perkebunan teh Gunung Dempo mengalami beberapa peningkatan dan diversifikasi, termasuk produksi teh hijau dan teh hitam yang semakin diminati.