Peristiwa ini menjadi tanda bahwa Majapahit sedang berada di ambang kehancuran.
BACA JUGA:Menguak Misteri dan Tradisi Mistis Suku-Suku Legendaris di NTT
BACA JUGA:Misteri dan Keindahan Gunung Nona Enrekang di Sulawesi Selatan: Destinasi Wajib bagi Pecinta Alam
Setelah peristiwa tersebut, raja-raja Majapahit silih berganti memimpin, hingga akhirnya Bula Pandan Salas digantikan oleh Bra Wijaya, yang dianggap sebagai raja terakhir Majapahit sebelum kerajaan ini mengalami kemunduran dan terdesak oleh Kesultanan Demak.
Sebagian dari mereka melarikan diri dan mendirikan peradaban baru di Sukho dan Cetho, Jawa Tengah. Sejak puncak kejayaannya pada tahun 1355, Majapahit mengalami penurunan yang signifikan.
Gajah Mada dan Hayam Wuruk adalah dua tokoh kunci yang berkolaborasi dalam menciptakan era kejayaan Majapahit.
Namun, perkembangan Islam yang menyebar dari Sumatera hingga Jawa menandakan adanya perubahan besar, yaitu peralihan menuju kerajaan Islam di pulau Jawa.
BACA JUGA:Pertempuran Ambarawa: Momen Bersejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia,
BACA JUGA:Warungboto: Jejak Sejarah yang Berubah Menjadi Destinasi Wisata Menarik
Invasi Portugis juga memperburuk situasi, seperti yang diuraikan oleh Keat Gin Ooi dalam bukunya "Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor" (2004).
Kesultanan Demak memainkan peran penting dalam mengakhiri dominasi Majapahit di Jawa serta menyebarkan ajaran Islam.
Banyak warisan budaya Majapahit yang hilang akibat invasi ini, dan penurunan kerajaan ini menandai berakhirnya salah satu peradaban paling penting dan terkenal di nusantara pada tahun 1527.