Pura ini merupakan Pura terbesar di Kota Batu dan masih digunakan sebagai tempat peribadatan.
Pura Luhur Giri Arjuno memiliki luas kurang lebih 6 hektar dan mencakup beberapa bangunan berbentuk bale yang digunakan untuk melakukan berbagai ritual.
Pura ini masih berfungsi sebagai tempat ibadah umat Hindu, namun pemeluk agama lain dipersilakan mengunjungi candi ini, asalkan menghormati jamaahnya tentunya.
Pura LuhurGiri Awal berdirinya Pura Arjuno ditandai dengan adanya konflik antara kalangan muda dan tua di kawasan tersebut.
Dimana para pemuda ingin membangun candi di sisi utara dekat Jembatan Krecek.
Sementara itu, jalan tengah diambil karena para lansia ingin menghindari berlanjutnya konflik di kawasan sekitar Padepokan Hyang Sarip yang terletak di atas Desa Tegal Sarip.
Setiap kelompok diperkenalkan dengan makhluk spiritual Bali dan membawa kembali sampel tanah dari lokasi pembangunan pura.
Usai melakukan ritual, sang spiritualis ini akhirnya memilih sebidang tanah di dekat Padepokang Hyang Sarip karena tempat tersebut memancarkan energi positif.
BACA JUGA:Kisah Pertempuran Palembang: Konflik Besar Antara Sekutu dan Jepang di Masa Perang Dunia II
Selain itu, masyarakat Hindu di sekitar tempat ini percaya bahwa terdapat makam Candi Pawon, candi peninggalan tentara Majapahit yang masih menjadi misteri hingga saat ini.
Menurut laporan populer, candi ini digunakan oleh 80 keluarga penganut Hindu Dharma.
Pada zaman dahulu, tidak jauh dari lokasi Pura Luhurl Giri Arjuno terdapat Candi Indrajaya.
Pura Indrajaya digunakan untuk hari raya Galungan dan Kuningan, sedangkan hari raya Nyepi, Sivaratl dan Saraswati dilaksanakan di Pura Gili Arjuno.
Bagi yang ingin berkunjung ke Pura Luhur Giri Arjuno wajib memperhatikan tradisi dan tata krama selama berada di tempat ibadah umat Hindu.