Pertarungan ini tidak hanya menguji kekuatan fisik, tetapi juga simbol dari keberanian dan kehormatan.
peresean sering kali diadakan dalam rangkaian acara adat dan perayaan, menarik perhatian wisatawan yang ingin menyaksikan budaya lokal yang otentik.
BACA JUGA:Warisan Bersejarah yang Mengagumkan: Menelusuri Keindahan Pintu Gerbang Majapahit Kuno di Indonesia
Ritual adat lain yang signifikan adalah "Bau Nyale," yang diadakan setiap tahun di pantai.
Ritual ini adalah bentuk penghormatan terhadap Nyale, sejenis cacing laut yang dianggap sebagai simbol kesuburan dan rezeki.
Dalam acara ini, masyarakat melakukan perayaan yang melibatkan menangkap Nyale, serta berbagai pertunjukan seni dan budaya, seperti tari-tarian dan musik tradisional.
Bau Nyale diharapkan dapat mendatangkan keberuntungan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
BACA JUGA:Jejak Kerajaan Medang Kamulan: Misteri dan Sejarah yang Terpendam di Tanah Jawa
Dalam aspek kehidupan sehari-hari, masyarakat Sasak juga terkenal dengan tradisi pertanian yang berkelanjutan, seperti sistem pengairan subak yang sangat efisien.
Pertanian padi menjadi salah satu sumber kehidupan utama, dan hasil pertanian mereka sering kali digunakan dalam berbagai upacara adat.
Kepercayaan dan Agama
Kepercayaan masyarakat Sasak sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam, yang masuk ke Lombok pada abad ke-16.
Meskipun mayoritas beragama Islam, Suku Sasak masih mempertahankan berbagai tradisi lokal yang berakar dari kepercayaan animisme.
BACA JUGA:Mengungkap Misteri Kerajaan Medang Kamulan: Sejarah Kuno Jawa yang Terselubung
Hal ini menciptakan perpaduan yang menarik antara agama dan budaya lokal, di mana berbagai ritual dan upacara adat sering kali mencerminkan harmoni antara keduanya.
Suku Sasak juga dikenal dengan nilai-nilai sosial yang kuat, seperti gotong royong dan saling membantu dalam kehidupan sehari-hari.