Para pemuda berharap bahwa dengan menjauhkan keduanya dari Jakarta, mereka dapat menyingkirkan pengaruh Jepang dan meyakinkan Soekarno serta Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
BACA JUGA:Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Puncak Perjuangan Bangsa
Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta dibawa ke rumah milik seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong.
Para pemuda terus membujuk keduanya agar segera mendeklarasikan kemerdekaan, tetapi Soekarno tetap bersikeras bahwa kemerdekaan harus dipersiapkan dengan matang dan disahkan secara resmi.
Perdebatan di Rengasdengklok berlangsung hingga akhirnya seorang tokoh golongan tua, Achmad Soebardjo, datang untuk menengahi situasi tersebut.
Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk membawa Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
BACA JUGA:28 Oktober 1928: Sejarah Sumpah Pemuda dan Semangat Persatuan Bangsa
Dalam kesepakatan tersebut, disetujui bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilakukan pada keesokan harinya, 17 Agustus 1945.
Dengan demikian, Soekarno dan Hatta dibawa kembali ke Jakarta pada sore hari tanggal 16 Agustus.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sepulangnya dari Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta melanjutkan diskusi bersama tokoh-tokoh lainnya untuk merumuskan teks proklamasi.
Pada malam 16 Agustus, Soekarno, Hatta, dan beberapa tokoh lainnya berkumpul di rumah Laksamana Maeda, seorang pejabat Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA:Menggali Sejarah Majapahit Melalui Prasasti: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Di sinilah teks proklamasi dirumuskan dengan cermat, sebelum akhirnya diproklamasikan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Proklamasi ini menandai lahirnya Indonesia sebagai bangsa merdeka.
Soekarno membacakan teks proklamasi di hadapan masyarakat, dengan perasaan haru dan penuh semangat kebangsaan.