Sebelum berlayar, mereka melakukan ritual untuk meminta perlindungan dari roh laut.
Bahasa yang mereka gunakan adalah dialek Melayu yang terpengaruh oleh interaksi dengan komunitas pesisir lainnya.
Musik dan tarian juga merupakan bagian dari budaya mereka, meskipun tidak sepopuler di kalangan masyarakat adat lainnya.
BACA JUGA:Mercusuar Tanjung Kalian: Sejarah dan Keberlanjutan dalam Navigasi Maritim
BACA JUGA:Jejak Sejarah di Tanjung Pinang: Rumah Kapiten Phang Tjong Toen
4. Tantangan dan Perubahan
Perubahan zaman dan modernisasi telah berdampak pada kehidupan Suku Sekak. Banyak di antara mereka yang mulai menetap di daratan dan meninggalkan gaya hidup nomaden.
Pembangunan infrastruktur dan industri perikanan di daerah tersebut berpengaruh pada tradisi dan kebudayaan mereka.
Meskipun demikian, ada upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah untuk menjaga warisan budaya Suku Sekak agar tetap terjaga.
BACA JUGA:Jejak Sejarah di Tanjung Pinang: Rumah Kapiten Phang Tjong Toen
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Wisma Ranggam: Dari Tempat Tinggal Pejabat Kolonial Hingga Situs Bersejarah
5. Peran Penting dalam Sejarah Pelayaran
Suku Sekak memiliki kontribusi yang signifikan dalam sejarah pelayaran Nusantara. Sebagai orang laut, mereka tidak hanya mengandalkan hasil laut untuk kehidupan, tetapi juga berfungsi sebagai pemandu bagi para pedagang yang melintasi perairan di Kepulauan Bangka Belitung.
Hal ini menunjukkan peran mereka dalam jalur perdagangan maritim yang menghubungkan berbagai wilayah di Asia Tenggara.
Suku Sekak adalah simbol dari kekayaan budaya maritim di Bangka Belitung.
Meskipun menghadapi tantangan dari modernisasi, penting untuk melestarikan tradisi mereka agar identitas dan peran sejarah mereka sebagai orang laut di kawasan ini tetap terjaga.