Ir. H. Djuanda dikenal sebagai insinyur sipil yang berperan penting dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk dalam perumusan Deklarasi Djuanda tahun 1957, yang memperluas wilayah laut Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah maritim yang diakui secara internasional.
BACA JUGA:Mengenang Sejarah: Replika Pesawat Seulawah RI 1 dan Warisan Budaya Aceh
Penamaan taman ini bukan tanpa alasan. Ir. H. Djuanda merupakan sosok yang peduli terhadap pelestarian alam dan lingkungan hidup.
Salah satu warisan terbesar dari tokoh ini adalah upayanya dalam menjaga keberlangsungan hutan dan alam, termasuk memberikan perhatian pada kawasan hutan di Bandung ini.
Gua Jepang dan Gua Belanda
Salah satu bagian sejarah yang melekat pada Tahura Ir. H. Djuanda adalah keberadaan Gua Jepang dan Gua Belanda, dua peninggalan bersejarah dari masa penjajahan.
Gua Jepang dibangun pada masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia II sebagai tempat persembunyian dan pertahanan militer.
BACA JUGA:Menyusuri Sejarah Kapal PLTD Apung: Saksi Bisu Tragedi Aceh
Sementara Gua Belanda dibangun pada tahun 1918 oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai bagian dari sistem irigasi dan perlindungan militer.
Hingga kini, kedua gua tersebut masih dapat dikunjungi dan menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin menjelajahi sisi sejarah kawasan Tahura.
Pengunjung bisa merasakan suasana historis saat menyusuri lorong-lorong gelap gua, yang membawa mereka kembali ke masa-masa penjajahan.
Konservasi dan Ekowisata
Saat ini, Tahura Ir. H. Djuanda berfungsi sebagai pusat konservasi untuk berbagai jenis flora dan fauna endemik Indonesia, seperti pohon pinus, jati, serta beragam spesies burung.
BACA JUGA:Sultan Iskandar Muda: Pahlawan Sejarah di Balik Makam Megah di Aceh
Di samping itu, taman ini juga berfungsi sebagai lokasi ekowisata, tempat masyarakat bisa belajar tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sambil menikmati keindahan alam yang menenangkan.
Selain gua, Tahura juga menawarkan beberapa objek wisata lain seperti curug-curug indah (air terjun) di sepanjang jalur trekking yang tersedia.