Prinsip-prinsip ini antara lain menekankan pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan nasional, non-intervensi, persamaan hak, dan penyelesaian sengketa secara damai.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Museum Negeri Sumatera Utara: Pelestari Warisan Budaya
Konferensi ini juga memberikan dorongan besar bagi perjuangan kemerdekaan di Afrika dan Asia.
Semangat solidaritas dan kerjasama yang ditunjukkan dalam pertemuan ini menjadi inspirasi bagi banyak negara yang masih terjajah untuk memperjuangkan kebebasan mereka.
Selain itu, Konferensi Asia Afrika juga dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme.
Sejarah Berdirinya Museum KAA
Setelah suksesnya penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika, Gedung Merdeka tetap menjadi tempat yang bersejarah bagi pergerakan kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
BACA JUGA:Museum Perkebunan Indonesia-2 Medan: Menyusuri Sejarah dan Kontribusi Perkebunan bagi Nusantara
Untuk menjaga semangat dan nilai-nilai Konferensi Asia Afrika tetap hidup, pemerintah Indonesia mendirikan Museum Konferensi Asia Afrika pada tanggal 24 April 1980.
Pendirian museum ini diinisiasi oleh Presiden Soeharto untuk memperingati 25 tahun Konferensi Asia Afrika.
Museum ini didirikan di Gedung Merdeka, bangunan yang memiliki arsitektur kolonial Belanda dan dibangun pada tahun 1895.
Gedung ini awalnya digunakan sebagai Societeit Concordia, tempat berkumpulnya orang-orang Eropa di Bandung.
BACA JUGA:Masjid Al Mahsun Medan: Jejak Kejayaan Kesultanan Deli dalam Keindahan Arsitektur dan Sejarah
Namun, setelah kemerdekaan Indonesia, Gedung Merdeka digunakan sebagai tempat penyelenggaraan berbagai peristiwa penting, termasuk Konferensi Asia Afrika 1955.
Koleksi dan Fungsi Museum
Museum KAA memiliki berbagai koleksi yang berkaitan dengan peristiwa Konferensi Asia Afrika.