Toko-toko di sepanjang Jalan Braga sebagian besar dioperasikan oleh orang Eropa dan menjual barang-barang impor dari Eropa, menjadikannya tempat favorit bagi mereka yang ingin merasakan kehidupan gaya barat di Hindia Belanda.
BACA JUGA:Tjong Yong Hian Gallery: Mengenang Sejarah dan Warisan Tokoh Penting Medan
Banyak bangunan di Jalan Braga yang dirancang dengan arsitektur art deco, gaya yang sangat populer di Eropa pada masa itu.
Hal ini semakin menegaskan status jalan ini sebagai pusat gaya hidup modern di Bandung.
Perubahan Setelah Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Jalan Braga tidak kehilangan pesonanya.
Meski beberapa toko yang dulu populer mulai tutup, jalan ini tetap menjadi pusat kehidupan ekonomi dan budaya di Bandung.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Masjid Seribu Tiang: Simbol Kemegahan Islam di Jambi
Selama era 1950-an hingga 1970-an, Jalan Braga tetap menjadi tempat yang populer bagi para seniman, intelektual, dan pegiat budaya.
Banyak seniman terkenal seperti Affandi dan Hendra Gunawan sering menghabiskan waktu mereka di kafe-kafe dan galeri seni di sepanjang jalan ini.
Namun, perkembangan ekonomi dan modernisasi yang pesat di Bandung juga membawa dampak terhadap Jalan Braga.
Beberapa bangunan bersejarah mengalami kerusakan dan perubahan fungsi, sementara sebagian lainnya tetap dipertahankan sebagai bangunan cagar budaya.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Situs Candi Muaro Jambi: Warisan Budaya dari Kerajaan Melayu dan Sriwijaya
Jalan Braga di Era Modern
Hari ini, Jalan Braga masih memancarkan pesona sejarahnya, meski telah banyak mengalami perubahan.
Jalan ini tetap menjadi destinasi wisata utama bagi mereka yang ingin melihat bangunan-bangunan bersejarah dan menikmati suasana kolonial yang kental.