Sebagai salah satu pelabuhan penting, Kota Kapur berfungsi sebagai tempat transit barang dan budaya.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa pelabuhan ini menjadi titik persinggahan bagi kapal-kapal dari berbagai daerah, termasuk Tiongkok, India, dan Arab, yang membawa barang-barang seperti rempah-rempah, tekstil, dan logam.
BACA JUGA:Sejarah Gemilang Kerajaan Sriwijaya: Dari Pusat Perdagangan hingga Pusat Kebudayaan
Penemuan Arkeologis
Pada tahun 1990-an, situs ini mulai dieksplorasi secara sistematis oleh tim arkeolog.
Penemuan-penemuan penting seperti prasasti, reruntuhan bangunan, dan artefak menunjukkan bahwa Kota Kapur pernah menjadi pusat kegiatan perdagangan yang sibuk.
Salah satu penemuan paling signifikan adalah prasasti yang ditulis dalam huruf Pallawa, yang memberikan informasi mengenai penguasa dan kehidupan masyarakat saat itu.
Dampak Penjajahan dan Perubahan Sosial
Dengan kedatangan bangsa Eropa pada abad ke-16, Kota Kapur mengalami perubahan signifikan.
BACA JUGA:Dari Perdagangan hingga Kebudayaan: Sejarah Kesultanan Siak
Penjajahan Belanda dan Inggris membawa dampak besar bagi struktur sosial dan ekonomi di kawasan ini.
Meskipun peran Kota Kapur sebagai pusat perdagangan menurun, situs ini tetap menjadi simbol penting dari sejarah dan identitas lokal.
Pelestarian dan Penelitian
Saat ini, upaya pelestarian dan penelitian di Situs Kota Kapur terus dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang sejarah dan peradaban yang pernah ada.
Berbagai lembaga penelitian dan pemerintah daerah berkolaborasi untuk melestarikan artefak dan situs-situs penting, sehingga dapat dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi bagi masyarakat dan pengunjung.
BACA JUGA:Kesultanan Serdang: Kebangkitan dan Kehancuran dalam Sejarah Indonesia