Pada masa ini, Ternate menjadi salah satu kekuatan maritim terbesar di Nusantara dan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya.
BACA JUGA:Kesultanan Serdang: Kebangkitan dan Kehancuran dalam Sejarah Indonesia
Wilayah yang berada di bawah pengaruh Ternate meliputi sebagian besar Maluku, Sulawesi, bahkan hingga ke wilayah Filipina selatan.
Baabullah juga dikenal sebagai salah satu sultan yang berhasil mengusir penjajah Portugis dari Ternate, sebuah pencapaian yang mengukuhkan kekuasaan lokal.
Pada masa ini, Ternate memainkan peran penting dalam perdagangan rempah-rempah, khususnya cengkeh, yang sangat diminati oleh bangsa Eropa.
Keberadaan cengkeh di Maluku menjadikan Ternate sebagai pusat perdagangan internasional yang ramai.
BACA JUGA:Kesultanan Samudera Pasai: Jejak Sejarah dan Peranannya dalam Penyebaran Islam di Nusantara
Kesultanan ini juga menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kekuatan asing, termasuk Spanyol, Portugis, dan Belanda.
Konflik dengan Portugis
Bangsa Portugis tiba di Ternate pada awal abad ke-16, dan awalnya menjalin hubungan baik dengan Kesultanan Ternate.
Namun, seiring waktu, kehadiran Portugis di kawasan ini menimbulkan ketegangan.
Portugis membangun benteng dan mulai campur tangan dalam politik lokal, yang memicu perlawanan dari penduduk Ternate.
BACA JUGA:Menyelami Sejarah Kesultanan Sambas: Dari Pusat Perdagangan hingga Identitas Budaya
Ketegangan ini mencapai puncaknya pada masa Sultan Hairun, ayah dari Sultan Baabullah, yang dibunuh oleh Portugis pada tahun 1570.
Pembunuhan ini memicu perlawanan besar dari Ternate.
Sultan Baabullah kemudian memimpin perang melawan Portugis dan berhasil mengusir mereka dari benteng di Ternate pada tahun 1575.