Di bawah pemerintahannya, Siak menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan hasil hutan, seperti getah, damar, dan kayu.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Kerajaan Pagaruyung: Pusat Adat dan Perdagangan di Sumatra
Kesultanan Siak juga menjalin hubungan erat dengan pedagang asing, terutama pedagang dari Arab dan Eropa.
Pelabuhan Siak menjadi salah satu pelabuhan penting di Selat Malaka, yang memungkinkan aliran barang dan budaya dari berbagai penjuru dunia.
Keberhasilan ekonomi ini berkontribusi pada pengembangan infrastruktur, pendidikan, dan seni budaya di wilayah tersebut.
Pengaruh dan Hubungan dengan Kolonial
Namun, kejayaan Kesultanan Siak tidak bertahan lama. Pada akhir abad ke-19, kekuatan kolonial Belanda mulai memperluas pengaruhnya di Indonesia.
BACA JUGA:Kerajaan Pagaruyung: Jejak Sejarah dan Warisan Budaya Minangkabau
Kesultanan Siak menjadi salah satu sasaran ekspansi Belanda. Pada tahun 1884, Belanda berhasil menjalin perjanjian yang mengakibatkan pengurangan kekuasaan Sultan Siak.
Sultan Siak kemudian menjadi sekutu Belanda, tetapi secara perlahan kekuasaan dan otonomi kesultanan ini berkurang.
Meski demikian, Kesultanan Siak tetap bertahan sebagai simbol identitas dan warisan budaya Melayu hingga saat ini.
Warisan Budaya
Saat ini, Kesultanan Siak memiliki banyak peninggalan sejarah yang menjadi bukti kemegahan masa lalunya.
BACA JUGA:Menyelami Sejarah Kerajaan Melayu: Dari Sriwijaya hingga Malaka
Beberapa situs bersejarah, seperti Masjid Sultan Siak, Istana Siak, dan berbagai makam raja, menarik perhatian wisatawan dan peneliti.
Warisan budaya ini menjadi bagian penting dalam upaya pelestarian sejarah dan budaya Melayu di Indonesia.