Kesultanan Serdang: Kebangkitan dan Kehancuran dalam Sejarah Indonesia

Senin 21-10-2024,05:30 WIB
Reporter : Gelang
Editor : Almi

Sultan Muhammad Ali dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan mampu menjaga stabilitas di wilayahnya.

BACA JUGA:Mengenal Sejarah Kerajaan Pagaruyung: Pusat Adat dan Perdagangan di Sumatra

Di bawah kepemimpinannya, ekonomi kesultanan tumbuh pesat, terutama dalam bidang pertanian dan perdagangan.

Selain itu, beliau juga aktif dalam mengembangkan pendidikan Islam, sehingga banyak ulama dan cendekiawan lahir dari kesultanan ini.

Namun, pada pertengahan abad ke-19, Kesultanan Serdang mulai menghadapi tantangan dari kekuatan kolonial Belanda.

Pada tahun 1866, Belanda berhasil memaksa Sultan Sulaiman Perkasa Alam (1844-1872) untuk menandatangani perjanjian yang mengurangi kekuasaan kesultanan.

BACA JUGA:Menyelami Sejarah Kerajaan Melayu: Dari Sriwijaya hingga Malaka

Dalam perjanjian tersebut, Belanda mengakui eksistensi Kesultanan Serdang, tetapi juga mengontrol banyak aspek pemerintahan dan administrasi.

Perang dan Perlawanan

Perlawanan terhadap Belanda tidak berhenti meskipun kesultanan telah menandatangani perjanjian.

Pada tahun 1900-an, terjadi beberapa pemberontakan yang dipimpin oleh para pemimpin lokal yang ingin mengembalikan kekuasaan sultan.

Salah satu yang paling terkenal adalah Perang Sisingamangaraja, di mana para pejuang melawan Belanda dengan gigih meskipun akhirnya mengalami kekalahan.

BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kerajaan Medang: Pusat Peradaban Hindu-Buddha di Jawa

Kesultanan Serdang tetap bertahan meskipun mengalami banyak tekanan dari Belanda.

Pada awal abad ke-20, Kesultanan Serdang diakui sebagai bagian dari wilayah Hindia Belanda.

Meskipun demikian, sultan dan keluarganya tetap memiliki peran simbolis dan budaya yang penting dalam masyarakat.

Kategori :