Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Kesultanan Pontianak mengalami perubahan signifikan.
Meskipun statusnya sebagai kesultanan formal tidak lagi diakui, namun Sultan Pontianak tetap dihormati sebagai tokoh adat dan pemimpin masyarakat.
BACA JUGA:Kedatuan Luwu: Dari Kejayaan Sejarah hingga Tradisi yang Hidup
Pada tahun 2007, Sultan Pontianak diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Barat, yang menandakan adanya pengakuan terhadap peran kesultanan dalam konteks pemerintahan modern.
Hingga saat ini, Kesultanan Pontianak tetap menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Kalimantan.
Berbagai tradisi dan upacara adat yang diwariskan dari generasi ke generasi menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Pontianak.
Kesultanan ini tidak hanya menjadi simbol sejarah, tetapi juga mencerminkan keberagaman dan toleransi yang telah membentuk karakter masyarakat Pontianak selama berabad-abad.
BACA JUGA:Menggali Sejarah Kesultanan Langkat: Dari Kekuatan Politik hingga Warisan Budaya
Kesultanan Pontianak adalah contoh yang mencolok dari bagaimana sejarah, budaya, dan identitas masyarakat dapat berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Dari awal yang sederhana sebagai sebuah desa kecil, hingga menjadi pusat perdagangan dan kekuasaan, Kesultanan Pontianak menunjukkan betapa pentingnya peran kesultanan dalam membentuk kehidupan sosial dan budaya di Kalimantan Barat.
Melalui sejarahnya, Pontianak mengajarkan kita tentang nilai-nilai toleransi dan keberagaman yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.