BACA JUGA:Menggali Sejarah Kadipaten Mangkunagaran: Dari Pangeran Sambernyawa hingga Warisan Budaya
2. Ceplok Sriwedari
Diambil dari nama taman di Kota Solo, Taman Sriwedari menjadi inspirasi untuk motif batik ceplok ini.
Ceplok Sriwedari cukup dikenal, terutama di kalangan masyarakat Jawa.
Keunikan batik ini terletak pada motif parang yang dipadukan dengan motif lain, seperti motif Lung Lungan yang dibentuk dengan pola berulang.
BACA JUGA:Menyelami Sejarah Kerajaan Melayu: Dari Sriwijaya hingga Malaka
Makna dari batik ini melambangkan ketentraman dan kesejukan dalam suatu ikatan keluarga.
3. Ceplok Kesatrian
Motif Ceplok Kesatrian tergolong lebih kompleks dengan tiga ragam hias, yaitu parang, stilasi medali di area tengah setiap blok ceplokan, dan tiga ikan berkepala tunggal pada ujung-ujung medali.
Batik ini cocok untuk pria, karena melambangkan kegagahan, ketertiban, dan keagungan.
BACA JUGA:Menggali Sejarah Kesultanan Langkat: Dari Kekuatan Politik hingga Warisan Budaya
Biasanya dikenakan pada prosesi kirab pengantin, menggambarkan perjalanan kehidupan yang harus dilalui dengan kesabaran, keikhlasan, dan keberanian.
4. Ceplok Parang
Ceplokan yang digunakan pada motif Ceplok Parang adalah ragam hias parang, dikenal dengan guratan menyerupai huruf S miring yang dipadukan dengan beberapa hiasan bercorak klasik, seperti burung garuda.
Batik ini umumnya digunakan untuk berbagai kesempatan, baik untuk bekerja maupun acara bernuansa adat.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kasunanan Kartasura: Dari Pendirian hingga Keruntuhan