Dalam periode ini, Johor menjadi salah satu kekuatan politik dan ekonomi yang dominan di wilayah Asia Tenggara.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Nama Kesultanan Bulungan: Dari Masa Kejayaan hingga Pembubaran
Posisi strategis Johor di Selat Malaka membuatnya menjadi pusat pertemuan bagi pedagang dari seluruh dunia, termasuk pedagang dari India, China, Timur Tengah, dan Eropa.
Selain sebagai pusat perdagangan, Kesultanan Johor juga dikenal karena kebudayaannya yang berkembang pesat.
Kerajaan ini mendukung seni, sastra, dan arsitektur, yang tercermin dalam berbagai bangunan bersejarah dan karya sastra yang berasal dari periode ini.
Sultan-sultan Johor juga dikenal sebagai pelindung agama Islam, yang merupakan agama dominan di wilayah ini.
BACA JUGA:Mengenal Kesultanan Bima: Peranannya dalam Sejarah dan Budaya Indonesia Timur
Namun, Kesultanan Johor juga menghadapi banyak tantangan.
Mereka terus-menerus terlibat dalam konflik dengan negara-negara tetangga, seperti Portugis, Aceh, dan Siam.
Salah satu konflik besar yang terjadi adalah perang melawan Portugis yang ingin menguasai Selat Malaka.
Meskipun demikian, Johor berhasil mempertahankan kemerdekaannya meskipun sering kali harus berperang.
BACA JUGA:Kesultanan Berau: Sejarah, Kemakmuran, dan Warisan Budaya di Kalimantan Timur
Penurunan dan Akhir Kesultanan Johor
Pada abad ke-18, Kesultanan Johor mulai mengalami kemunduran akibat serangkaian konflik internal dan eksternal.
Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan ini adalah perebutan kekuasaan di dalam keluarga kerajaan.
Setelah peristiwa-peristiwa tersebut, Johor secara bertahap kehilangan kekuasaan politiknya dan menjadi wilayah yang dikuasai oleh negara-negara Eropa, terutama Inggris.