Pada tahun 1923, di lereng gunung ini dibangun stasiun radio pemancar besar yang dinamakan Radio Malabar.
BACA JUGA:Legenda dan Realita: Sejarah Nama Gunung Kunyit di Provinsi Jambi
Stasiun ini didirikan oleh Belanda dan memiliki peran vital sebagai pusat komunikasi antara pemerintah kolonial di Hindia Belanda (Indonesia) dan pemerintah pusat di Belanda.
Stasiun ini menjadi salah satu yang paling canggih pada masanya dan mampu memancarkan sinyal jarak jauh, yang menjadi penghubung antara Eropa dan Asia.
Keberadaan stasiun Radio Malabar tidak hanya memiliki nilai historis dalam bidang teknologi komunikasi, tetapi juga menunjukkan pentingnya kawasan pegunungan Malabar sebagai wilayah strategis.
Hingga kini, sisa-sisa bangunan stasiun radio ini masih dapat ditemukan di daerah Pangalengan, Bandung, meskipun tidak lagi berfungsi.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Gunung Hulu Nilo: Dari Asal Usul Hingga Kepercayaan Lokal
Gunung Malabar dalam Budaya Lokal
Bagi masyarakat sekitar, Gunung Malabar tidak hanya menjadi bagian dari alam yang mendominasi lanskap mereka, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan budaya.
Gunung ini sering dikaitkan dengan legenda lokal dan dianggap sebagai tempat yang sakral oleh sebagian masyarakat Sunda.
Beberapa warga percaya bahwa gunung ini merupakan tempat tinggal para leluhur atau roh-roh yang menjaga wilayah tersebut.
Oleh karena itu, beberapa ritual tradisional dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menghormati alam dan gunung ini.
BACA JUGA:Gunung Tujuh: Sejarah Nama dari Tujuh Puncak dan Mitos yang Menyertainya
Selain itu, Gunung Malabar juga terkenal dengan keindahan alamnya yang menawan.
Kawasan sekitar gunung ini dikenal sebagai daerah perkebunan teh yang luas, yang banyak di antaranya sudah ada sejak zaman kolonial.
Hingga kini, perkebunan teh di sekitar Gunung Malabar tetap menjadi salah satu daya tarik wisata yang diminati oleh para pengunjung yang datang ke daerah Bandung.