Era pemerintahannya menjadi simbol kemakmuran, menjadikan Pajajaran sebagai pusat kekuatan di Nusantara.
Melalui kebijakan dan strategi yang efektif, Prabu Siliwangi berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang adil.
Ia tidak hanya fokus pada aspek militer, tetapi juga pada perkembangan sosial dan budaya masyarakat.
Pajajaran di bawah kepemimpinannya menjadi tempat yang subur bagi pertumbuhan seni, tradisi, dan interaksi budaya.
BACA JUGA:Kisah-Kisah Penuh Misteri: Menelusuri Dua Legenda Menarik dari Kerajaan Sriwijaya
Dengan demikian, Prabu Siliwangi tidak hanya dikenang sebagai raja, tetapi juga sebagai pembawa perubahan yang membawa kemakmuran bagi rakyatnya.
Setelah Prabu Siliwangi, tahta Kerajaan Pajajaran diteruskan oleh keturunannya.
Salah satu penguasa yang melanjutkan legasinya adalah Prabu Surawisesa, yang memerintah dari tahun 1531 hingga 1535.
Ia menerapkan kebijakan yang fokus pada pemeliharaan kekuatan yang ada untuk melanjutkan kejayaan yang diraih pendahulunya.
BACA JUGA:Misteri dan Legenda: Dua Cerita Rakyat Menarik dari Kerajaan Sriwijaya
Kemudian, Ratu Dewata mengambil alih pemerintahan pada tahun 1535 hingga 1543.
Di bawah kepemimpinannya, kerajaan menghadapi berbagai tantangan, namun berusaha untuk menjaga stabilitas.
Selanjutnya, Ratu Sakti yang memerintah dari tahun 1543 hingga 1551 menjadi saksi awal kemunduran Kerajaan Pajajaran.
Masa pemerintahannya diwarnai oleh kegagalan menghadapi musuh dan ketidakmampuan untuk membangun aliansi yang kuat.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah dan Fakta Menarik Suku Sumbawa, Dari Kerajaan hingga Tradisi Islam
Kemunduran semakin diperparah ketika Prabu Surya Kencana memerintah dari tahun 1567 hingga 1579, di mana stabilitas kerajaan semakin menurun.