Sebelumnya, media sosial terutama Twitter diramaikan oleh foto Dian Sastro dan juga Putri Marino yang sedang memegang naskah “Gadis Kretek” pada 14 Juli 2022.
Dalam gambar tersebut, mereka berdua terlihat sedang membaca naskah itu dengan logo Netflix di bawah fotonya.
Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan tebal 274 halaman.
BACA JUGA:Drama Korea Be Melodramatic, Kisah Kehidupan Wanita Modern
Ratih Kumala sebagai pengarang Gadis Kretek merilis novel ini pada 2012 dibantu oleh Mirna Yulistianti sebagai editor.
Novel Gadis Kretek karya perempuan kelahiran 1980 ini masuk dalam 10 besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2012.
Novel ini bercerita mengenai pergerakan pabrik kretek di awal kemerdekaan Republik Indonesia. Ratih Kumala sendiri merupakan seorang penulis kelahiran Jakarta, 4 April 1980.
Selain menulis novel, penulis yang mengenyam pendidikan di Universitas Sebelas Maret jurusan Sastra Inggris ini juga dikenal sebagai penulis cerita pendek.
BACA JUGA:Film Horor Kereta Berdarah, Perjalanan Penuh Petaka Menuju Resor Alam
Ratih Kumala sempat bergabung dalam tim penulis Jalan Sesama, sebuah program televisi adaptasi dari Sesame Street.
Istri dari seorang penulis bernama Eka Kurniawan ini telah menghasilkan banyak karya, antara lain Genesis (novel, 2005), Larutan Senja (kumpulan cerita pendek, 2006), Kronik Betawi (novel, 2009), Gadis Kretek (novel, 2012), Bastian dan Jamur Ajaib (novel, 2015), Wesel Pos (novel, 2018) dan lainnya.
Sinopsis Novel Gadis Kretek Melansir dari Antara News, Gadis Kretek bercerita tentang tragedi dan romantisme yang mana kisah asmara dari Raja dan Jeng Yah menjadi benang merah cerita-cerita di novel tersebut.
Pak Raja begitu terpikat dengan kretek buatan perempuan itu. Lintingan Jeng Yah menjadi ramuan rahasia dari kepopuleran Kretek Gadis.
BACA JUGA:Sinopsis Film Korea Spellbound, Bergenre Horor Komedi Romantis
Rasa manis dari Kretek Gadis didapat dari air liur Jeng Yah yang menjadi perekat kertas linting dari produk campuran tembakau dan cengkeh tersebut.
Dalam sebuah karya tulis terbitan UNS, diceritakan bahwa Pak Raja yang saat sedang sekarat menyebut satu nama perempuan yang ternyata bukanlah istrinya.