PAGARALAMPOS.COM – Selama lebih dari dua ribu tahun, Busra telah berfungsi sebagai pusat peradaban bagi tiga kekuatan besar: Romawi, Bizantium, dan Islam.
Kota ini memiliki berbagai situs bersejarah, termasuk reruntuhan teater, biara, monumen, saluran air, serta gereja, masjid, dan benteng.
Saat ini, Busra menghadapi ancaman besar karena konflik berkepanjangan di Suriah.
Najwa Othman, seorang arsitek dan sejarawan dari Aleppo, menjelaskan bahwa nama "Busra" berarti "kota berbenteng" dan telah tercatat dalam dokumen Mesir sejak milenium kedua SM.
Nama tersebut juga muncul pada patung Firaun Amenhotep III (1403-1364 SM), menunjukkan peran penting kota ini dalam sejarah kuno.
Pada abad kedua SM, Busra menjadi kota utama dalam Kerajaan Nabath, sebelum dikuasai oleh Romawi pada tahun 106 Masehi di bawah pimpinan Cornelius Palma.
Di bawah pemerintahan Romawi, Busra berkembang menjadi ibu kota Provinsi Romawi di Arab dan memiliki teater besar yang dapat menampung hingga 15.000 orang.
Pada abad keempat, Busra jatuh ke tangan Bizantium, menjadi pusat keuskupan Kristen dan pasar penting bagi pedagang Arab. Reruntuhan gereja-gereja dari periode ini masih dapat dilihat hingga saat ini.
Dalam sejarah Islam, Busra terkenal sebagai tempat pertemuan antara Muhammad dan pendeta Kristen Nestorian, Buhaira, ketika Muhammad berusia 12 tahun.
Pertemuan ini terjadi selama perjalanan dagang bersama pamannya, Abu Thalib, dan memiliki makna penting dalam keyakinan awal Islam.
Busra kemudian menjadi kota pertama di wilayah Bizantium yang ditaklukkan oleh Khalid bin Walid sekitar tahun 634 Masehi.
Khalid bin Walid memastikan kedamaian dan keamanan bagi penduduk setelah kota ini mengalami kerusakan akibat invasi Persia pada tahun 613 Masehi.
BACA JUGA:Ancaman Wilayah Indonesia, Dahsyatnya Megathrus Yang Musnahkan Peradaban Kuno di Meksiko
BACA JUGA:Mengungkap Peradaban Paling Awal di Dunia: Sejarah, Inovasi, dan Warisannya