PAGARALAMPOS.COM - Puputan Badung merupakan momen penting dalam sejarah Bali yang menandai perlawanan heroik rakyat Bali terhadap kekuasaan kolonial Belanda.
Peristiwa ini, yang terjadi pada awal abad ke-20, mencerminkan pengorbanan besar dari masyarakat Badung dalam mempertahankan kemerdekaan mereka.
Tragedi ini menonjolkan semangat juang dan keberanian rakyat Bali, yang memilih menghadapi kematian dengan kehormatan ketimbang hidup di bawah penindasan.
Peristiwa ini dimulai pada 27 Mei 1904, saat kapal dagang Belanda bernama Sri Kumala terdampar di Pantai Sanur, wilayah Kerajaan Badung.
Kapal tersebut, yang dimiliki oleh seorang pedagang keturunan Cina, mengalami kecelakaan yang memicu ketegangan.
Insiden ini kemudian dimanfaatkan oleh Belanda sebagai alasan untuk menyerang, dengan klaim bahwa Kerajaan Badung melanggar perjanjian yang ada.
Belanda berusaha menghapus hukum adat tawan karang, yang telah menjadi bagian dari budaya Bali sejak lama.
Meskipun Kerajaan Badung telah menyetujui penghapusan hukum ini pada tahun 1842, rakyat Bali tetap memegang teguh adat tersebut.
Insiden kapal Sri Kumala merupakan contoh bagaimana adat ini tetap dilaksanakan, yang kemudian menimbulkan konflik dengan Belanda.
Pada 22 September 1906, Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung, memimpin perlawanan langsung di medan perang. Raja yang berjuang untuk melindungi kehormatan dan hak rakyatnya akhirnya gugur dalam pertempuran.
Meski demikian, keberaniannya dikenang sebagai pahlawan, dan ia dianugerahi gelar "Ida Betara Tjokorda Mantuk Ring Rana."
Perlawanan rakyat Badung berlanjut meskipun mereka akhirnya kalah dalam pertempuran tersebut. Puputan Badung kini dikenang sebagai simbol keberanian dan perlawanan, diabadikan dalam sebuah monumen di Denpasar.
Presiden Joko Widodo juga mengakui jasa Raja I Gusti Ngurah Made Agung dengan memberikan gelar pahlawan nasional.
Puputan Badung tetap menjadi bagian penting dari sejarah Bali dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang untuk menghargai keberanian, pengorbanan, dan semangat juang dalam mempertahankan kemerdekaan dan martabat bangsa.