BACA JUGA:Sejarah Menggemparkan Dunia: Pemuda Maluku Membajak Kereta di Belanda
“Selain pecahan tembikar berukuran kecil, kami juga menemukan bukti peran pulau tersebut sebagai pusat awal aktivitas laut, antara lain tulang, cangkang, dan bulu babi,” tambahnya.
Hendri menjelaskan lagi: Semakin banyak penelitian yang dilakukan di wilayah yang kurang dieksplorasi seperti Kepulauan Tanimbar.
Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang kehidupan manusia purba dan pola migrasinya.
Hendry menyatakan bahwa kolonisasi Sahul bukanlah suatu peristiwa tunggal, melainkan "sebuah proses bertahap yang melibatkan gelombang populasi laut yang berurutan".
BACA JUGA:Pulau Nusa Pombo: Surga Tersembunyi di Maluku Tengah, Ini Tips Persiapan Jika Ingin Kesana
“Masyarakat pesisir kemungkinan besar berlayar di sepanjang pantai, mengeksploitasi sumber daya laut dan membangun pemukiman yang kuat di sepanjang pantai,” katanya.
"Strategi lompat pulau ini mendorong pertukaran dan adaptasi budaya, menciptakan masyarakat yang beragam di seluruh daratan."
Penelitian ini dilakukan oleh ANU bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang saya lakukan.
Tim peneliti ANU yang mengambil bagian dalam penelitian ini juga termasuk Profesor Sue O'Connor dan Drs. Simona Keeley dari ANU.
BACA JUGA:Ternyata di Maluku Masih Ada Tradisi Unik Ini, Simak!
Makalah penelitian ini dipublikasikan di jurnal Quaternary Science Review pada 15 Agustus 2024.
Foto : Situs Perahu batu di Tanimbar.--Instagram
Sementara, dikutip dari sumber kompas TV, Ada jejak peninggalan kuno yang menguatkan jika nenek moyang orang Indonesia adalah seorang pelaut.
Peninggalan tersebut di Maluku, tepatnya Desa Sangliat Dol, salah satu desa dengan warisan adat yang masih sangat kental dan menarik.
Berlokasi 42 kilometer dari kota Saumlaki, ibukota Kepulauan Tanimbar yang terletak tepatnya di pesisir timur Pulau Yamdena.