BACA JUGA:Sejarah Pulau Kemaro, Ada Legenda Cinta Pupus di Sungai Musi
Setelah wafatnya Panembahan Ratu, Pangeran Putra diangkat menjadi Sultan Cirebon ketiga dengan gelar Panembahan Ratu II, atau dikenal juga sebagai Panembahan Girilaya karena wafat di Girilaya, Mataram.
Pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon berlangsung dalam keadaan yang cukup stabil.
Ia berhasil mempertahankan kejayaan Kesultanan yang diwarisinya dari buyutnya, Sunan Gunung Jati.
Meskipun demikian, beberapa pemberontakan sempat terjadi selama masa pemerintahannya, seperti pemberontakan Kuningan dan pemberontakan yang dipimpin oleh Nyi Gede Dempul dari Panjunan.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Bali: Warisan Budaya yang Membuat Pulau Dewata Mendunia
Menurut catatan yang terdapat dalam naskah Mertasinga, Panembahan Ratu wafat pada usia 140 tahun, tepatnya pada tahun 1519 Saka atau tahun 1597 Masehi.
Warisannya sebagai seorang Sultan yang bijak dan penuh dedikasi masih dikenang oleh masyarakat Cirebon hingga kini.
Warisan ini tidak hanya dalam bentuk kejayaan yang ia pertahankan, tetapi juga hubungan diplomatik yang ia bangun dengan Kesultanan Pajang melalui perkawinannya dengan Putri Glampok Raras.