Kedua, keraguan dalam memilih pasangan calon membuat masyarakat lebih memilih diam.
Contoh fenomena ini terlihat dari terpilihnya pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden pada Februari 2024 lalu, di mana pemilih Prabowo dan Gibran banyak berasal dari kalangan Silent Majority.
Pengaruh Silent Majority di Pilkada Pagaralam
Fenomena Silent Majority diperkirakan akan berlaku pula di Pilkada Pagaralam.
BACA JUGA:Kapolres Hadiri Penutupan Pelatihan Pengamanan Pilkada dan Penangulangan Karhutla
Menurut Syahril, trend masyarakat lapisan bawah yang lebih memilih diam daripada mengekspresikan pilihannya merupakan bagian dari Silent Majority.
Mereka yang lebih banyak menyimak namun jarang berkomentar dan jarang ribut-ribut tentang politik banyak terdapat di masyarakat Pagar Alam.
Keamanan dan Kenyamanan dalam Diam
Syahril menambahkan bahwa masyarakat merasa lebih aman jika tidak menampakkan dukungan secara langsung.
BACA JUGA:Rakor Pengendalian Karhutla, Pj Gubernur Sumsel Dukung Optimalisasi Pencegahan di Sumatera Selatan
“Secara khusus, Silent Majority akan cukup berdampak pada Pilkada Pagaralam kali ini. Masyarakat lebih merasa aman jika tidak menampakan dukungan secara langsung,” katanya.
Strategi Kandidat dalam Menghadapi Silent Majority
Menghadapi Silent Majority ini, para calon kepala daerah perlu memahami dinamika sosial dan psikologis masyarakat.
Mereka harus bisa merangkul kelompok ini dengan cara yang lebih subtil dan personal.
BACA JUGA:490 Personil Siap Tanggulangi Karhutla di Sumsel, Ini Kata Pj Gubernur Elen Setiadi
Melalui kampanye yang inklusif dan pendekatan yang menghormati privasi, kandidat dapat menarik dukungan tanpa memaksa.