Tupon adalah seorang wanita tua yang tinggal di sebuah desa, tepatnya di kaki Gunung Kidul. Meskipun memiliki tubuh yang lemah karena dimakan usia, ia tetap gigih berjuang.
Tupon memiliki seorang putri yang cantik bernama Sekar Palupi. Dengan kerja keras dan tak mengenal lelah, ia berusaha untuk membesarkan Sekar dan memberikan pendidikan terbaik.
Tupon berharap, jika Sekar bisa terus bersekolah. Ia tidak ingin jika sang anak bernasib seperti dirinya. Semasa muda, Tupon tidak pernah mendapatkan pendidikan, sehingga ia menjadi buta huruf.
Sebagai ibu yang baik, Tupon berusaha mendidik putrinya meskipun memiliki keterbatasan.
BACA JUGA:Blue Beetle, Film Action yang Mengajarkan Apa itu Arti Keluarga
Ia seringkali mengajak Sekar Palupi untuk melihat alam semesta. Selain itu, Tupon juga selalu memperlihatkan lintang lantip kepada Sekar.
Menurut kepercayaan, lintang lantip merupakan bintang yang cerdas atau planet Mars. Sebagai ibu yang baik, ia tidak pernah lupa untuk memberikan semangat dan petuah kepada Sekar.
Tupon selalu bilang jika Sekar bisa ke Mars asalkan memiliki ilmu pengetahuan. Dengan dorongan dari sang ibu inilah, Sekar tumbuh menjadi anak yang cerdas, tekun, dan mandiri.
Melalui tekad yang kuat dan doa ibunya, Sekar berhasil meraih gelar master di bidang astronomi di salah satu universitas terbaik dunia, Oxford University, Inggris.
MARS Mimpi Ananda Raih Semesta memiliki sinopsis yang sangat menginspirasi, terutama bagi kawula muda. Sebelum meraih gelar masternya, Sekar Palupi harus melalui proses dan perjalanan yang panjang.
BACA JUGA:Film The Ballad of Songbirds and Snakes, Awal Kisah Tom Blyth sebagai Coriolanus Snow
Desa Tempat Tinggal Sekar Palupi
Sekar tinggal di sebuah desa yang belum modern. Masyarakatnya sangat menjunjung tinggi kebudayaan setempat.
Tak sedikit warganya yang buta huruf, salah satunya Tupon. Selain itu, desa tempat tinggal Sekar masih banyak pernikahan di usia dini.
Anak-anak kecil lebih memilih menggembala sapi daripada bersekolah. Setiap tahunnya, anak-anak yang bisa menyelesaikan pendidikan hingga SMA bisa kita hitung dengan jari.
Mayoritas penduduk desa tersebut memiliki kondisi perekonomian menengah ke bawah.