PAGARALAMPOS.COM - Sejarah Kerajaan Buleleng bermula pada pertengahan abad ke-17 Masehi, setelah kemunduran Kerajaan Majapahit. Kerajaan Hindu ini didirikan oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti di Bali utara, tepatnya di Singaraja.
I Gusti Anglurah Panji Sakti, seorang pangeran dari Wangsa Kepakisan, mendirikan Kerajaan Buleleng setelah diasingkan oleh ayahnya, I Gusti Ngurah Jelantik. Meski bukan putra mahkota, keistimewaannya dan kekuatan supranaturalnya membuatnya diangkat menjadi raja pada usia muda. Sejak saat itu, Kerajaan Buleleng berkembang pesat, menjadi pusat perdagangan dan kekuatan politik yang signifikan di kawasan tersebut.
Namun, kekuatan Kerajaan Buleleng mulai melemah setelah kematian I Gusti Ngurah Panji Sakti pada tahun 1704. Kerajaan ini mengalami periode penaklukan oleh Kerajaan Mengwi dan Wangsa Karangasem, tetapi tetap melawan penjajahan Belanda di kemudian hari.
Peninggalan sejarah Kerajaan Buleleng masih dapat ditemukan hingga saat ini, seperti Perempatan Agung, Masjid Kuno, Masjid Agung Jami', Kampung Bugis, Kantor Bupati Buleleng, dan Eks Pelabuhan Buleleng. Daftar raja yang pernah memerintah Buleleng meliputi anggota Wangsa Panji Sakti dan Wangsa Karangasem.
Dengan peninggalan sejarah yang kaya dan beragam, Kerajaan Buleleng tetap menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Bali. Warisan ini memungkinkan kita memahami perkembangan politik, sosial, dan budaya di Bali utara selama berabad-abad.
Peninggalan sejarah Kerajaan Buleleng tidak hanya mencerminkan kejayaan politik, tetapi juga keberagaman budaya dan toleransi agama yang pernah ada di kawasan tersebut. Misalnya, Masjid Kuno yang terletak di tepi Sungai Buleleng menjadi saksi bisu dari penyebaran agama Islam di Bali pada masa lalu.
Masjid Agung Jami' menjadi simbol toleransi beragama, menggambarkan harmoni antara komunitas Hindu dan Muslim di Buleleng pada masa itu. Kampung Bugis juga merupakan bukti migrasi signifikan di kawasan tersebut, dengan Suku Bugis yang menjadi bagian dari angkatan laut Kerajaan Buleleng menetap di Singaraja dan membawa kekayaan budaya mereka.
Kantor Bupati Buleleng, yang awalnya dibangun oleh Belanda sebagai pusat administrasi kolonial, kini menjadi simbol perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah serta kebanggaan bagi masyarakat lokal. Eks Pelabuhan Buleleng, meskipun telah mengalami transformasi seiring waktu, mengingatkan kita akan masa kejayaan perdagangan di kawasan tersebut.
Menjaga dan merawat peninggalan sejarah Kerajaan Buleleng tidak hanya memelihara warisan budaya yang berharga, tetapi juga menghargai perjuangan dan keberanian para leluhur dalam mempertahankan identitas dan martabat mereka. Sebagai bagian dari warisan kita semua, peninggalan ini menjadi cermin bagi generasi masa kini dan mendatang untuk terus menghargai dan mempelajari perjalanan panjang peradaban Bali dan Indonesia.