Suku Akit menggunakan bahasa mereka sendiri, yaitu bahasa Akit, yang masih berkerabat dengan bahasa Melayu. Namun, seiring berjalannya waktu dan pengaruh budaya luar, bahasa Akit juga telah mengalami perubahan.
BACA JUGA:Sejarah dan Keistimewaan Masjid Nabawi: Simbol Kebanggaan Umat Muslim
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Tokoh Tiga Serangkai, Simak Disini Profil dan Kisah Perjuangannya
Meskipun demikian, bahasa Akit masih bertahan sebagai bagian dari budaya yang fleksibel dan dinamis.
Gotong Royong yang Kuat
Dalam aspek sosial, Suku Akit dikenal memiliki semangat gotong royong yang tinggi, meskipun ada perbedaan etnis atau kepercayaan di antara mereka.
Mereka saling membantu dalam mengelola hasil alam seperti kelapa atau durian. Suku Akit memiliki cara unik dalam pembagian warisan, yang biasanya berdasarkan kepada siapa yang membuka lahan secara luas.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Perang Dunia II, Orang Yahudi Korban Kekejaman Nazi, Kerangkanya Ditemukan di Belarus
BACA JUGA:Jejak Sejarah Suku Akit: Asal-Usul Penduduk Pulau Rupat, Riau
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Bahasa Melayu Riau yang digunakan oleh Suku Akit kini menghadapi risiko kepunahan karena pengaruh perubahan zaman dan budaya asing yang semakin merambah.
Pemerintah dan komunitas setempat terus berupaya untuk mempertahankan bahasa dan budaya Suku Akit.
Sebagai penduduk asli Provinsi Riau, Suku Akit telah mewarisi kekayaan budaya mereka dari generasi ke generasi.
Keberadaan mereka di Pulau Rupat bukan hanya menambah warna dalam keragaman budaya Indonesia, tetapi juga menjadi contoh dari kebijaksanaan lokal yang perlu dijaga dan dilestarikan.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Suku Akit: Asal-Usul Penduduk Pulau Rupat, Riau
BACA JUGA:Eksplorasi Sejarah Jalan Braga: Destinasi Wisata yang Sarat Makna di Bandung