PAGARALAMPOS.COM - Program sambung pucuk kopi yang digagas oleh Walikota Pagaralam periode 2018-2023, H Alpian Maskoni SH MSi, telah membawa dampak positif yang signifikan bagi masyarakat petani kopi di Pagaralam.
Kepala Dinas Pertanian Kota Pagaralam, Dra Suterimawati MM, mengungkapkan bahwa program ini tidak hanya meningkatkan harga jual kopi hingga mencapai Rp70 ribu per kilogram, tetapi juga memberikan dorongan besar bagi para petani untuk lebih bijak dalam mengelola hasil panen mereka.
Program sambung pucuk ini, yang telah berjalan sejak tahun 2019 dan berlanjut hingga 2023, telah memberikan manfaat kepada sejumlah Kelompok Tani (Poktan) di Pagaralam.
Menurut Suterimawati, sekitar 48% dari total Poktan telah menerima manfaat dari program ini.
BACA JUGA:Puncak Meranti Gorontalo: Destinasi Terbaru untuk Menikmati Kesegaran Air Pegunungan
BACA JUGA:Terbongkar! Modus Barang Impor Murah Bebas Gasak Pasar RI, Ini Desakan APSyFI kepada Pemerintah
Meskipun demikian, ia menyoroti bahwa masih ada 52% Poktan lainnya yang belum terjangkau oleh program tersebut.
Dalam wawancaranya, Suterimawati menekankan pentingnya kelanjutan program ini di masa depan, terlepas dari siapa yang memimpin Pagaralam ke depannya.
"Program sambung pucuk sangat mendukung para petani kopi Pagaralam, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim seperti pancaroba El Nino," ujarnya.
Menanggapi proyeksi untuk tahun 2024, Dinas Pertanian Kota Pagaralam telah menetapkan target lebih dari 35.400 stek kopi dengan melibatkan 49 Poktan yang menjadi penerima manfaat.
BACA JUGA:Surga Wisata di Batam: 12 Rekomendasi Tempat yang Harus Anda Kunjungi
BACA JUGA:Bebas dari Jeratan Hukum, Anggy Umbara Sampaikan Pesan Khusus untuk Pegi Setiawan
"Kami akan melakukan verifikasi terhadap sambung pucuk yang hidup pada bulan Agustus 2024 mendatang," tambahnya.
Petani kopi di Pagaralam juga diimbau untuk tidak hanya fokus pada hasil panen yang tinggi, tetapi juga untuk mengelola keuangan mereka secara bijak.
Hal ini diharapkan dapat membantu mereka mengurangi dampak ekonomi dari fluktuasi iklim yang semakin tidak dapat diprediksi.