Prabu Dewata Cengkar diceritakan sebagai sosok yang mengerikan, bahkan konon memakan daging manusia demi memuaskan keinginannya sendiri.
Dengan tekad untuk mengakhiri kedzaliman sang raja, Aji Saka datang ke kerajaan tersebut bersama dua pengikut setianya, Dora dan Sembada.
Mereka berdua memainkan peran penting dalam upaya Aji Saka untuk melawan tirani yang telah lama menghantui rakyat Medang Kamulan.
Strategi Cerdik Aji Saka dan Keajaiban Sorban Magis
Dalam usahanya melawan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka menghadapi sang raja dengan sebuah tantangan yang tidak terduga.
Dia menantang Prabu Dewata Cengkar untuk menyediakan tanah seluas sorban yang bisa membentang.
Sang raja yang sombong, tanpa curiga bahwa sorban Aji Saka memiliki kekuatan magis, setuju dengan tantangan ini.
Namun, ketika sorban itu dibentangkan oleh Aji Saka, tanahnya memperluas hingga mencakup seluruh kerajaan, secara simbolis mengakhiri kekuasaan Prabu Dewata Cengkar.
Penciptaan Aksara Hanacaraka
Setelah berhasil mengakhiri kedzaliman Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka kemudian menjadi raja baru di Medang Kamulan.
Namun, konflik antara Dora dan Sembada terkait penyerahan pusaka memicu pertarungan sengit di antara mereka.
Sayangnya, pertarungan ini berakhir tragis dengan kematian kedua pengikut setia Aji Saka.
Dalam duka mendalam atas kepergian Dora dan Sembada, Aji Saka menciptakan aksara Hanacaraka.