BACA JUGA:Harga Bitcoin Kembali Tertekan, Aksi Jual Kripto Berlanjut Akibat Sentimen Pasar yang Lemah
Sekitar 80 persen biaya transaksi di jaringan Ethereum akan dibakar, yang berarti ETH akan dikeluarkan dari peredaran.
Proses ini mengurangi total pasokan ETH di pasar, menciptakan efek deflasi dimana nilai ETH meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan jaringan.
Mekanisme ini tidak digunakan dalam Bitcoin dan total pasokan Bitcoin tetap konstan.
3. Aktivitas On-Chain Lebih Tinggi Ethereum memiliki aktivitas on-chain yang lebih tinggi dibandingkan Bitcoin.
BACA JUGA:Volume Perdagangan Kripto Melonjak 19 Persen di Juli, Bybit dan Crypto.com Tampil Menonjol
Ekosistem Ethereum mencakup berbagai aplikasi seperti DeFi (keuangan terdesentralisasi), Layer 2, game, dan NFT.
Aktivitas yang tinggi ini tidak hanya menunjukkan jangkauan penggunaan yang luas, tetapi juga meningkatkan jumlah ETH yang dibakar melalui mekanisme penulisan token.
Semakin banyak aktivitas di jaringan Ethereum, semakin besar kemungkinan harga ETH akan naik.
4. Pasokan Terkunci Sekitar 40% pasokan Ethereum terikat atau digunakan sebagai jaminan untuk berbagai layanan di jaringan DeFi.
BACA JUGA:Pasar Kripto Mengantisipasi Pergerakan Harga XRP, Pola Symmetrical Triangle Menjadi Sorotan
Artinya sebagian besar ETH tidak beredar bebas di pasar, sehingga membantu menstabilkan harga dan meningkatkan nilai aset.
Ketika pasokan yang tersedia untuk diperdagangkan berkurang, tekanan jual pun melemah sehingga memudahkan harga ETH untuk naik.
5. Insentif Token yang Lebih Rendah Ethereum membayar validator sekitar $7,2 juta per hari, jauh lebih sedikit dibandingkan Bitcoin, yang membayar penambang sekitar $43,8 juta per hari.
Perbedaan ini berarti bahwa Bitcoin memiliki potensi penjualan harian yang lebih besar oleh para penambang, sehingga menghasilkan tekanan jual yang lebih besar pada BTC dibandingkan dengan ETH.
BACA JUGA:Mt Gox Bersiap Kembalikan Tunggakan kepada Kreditur, Perdagangan Toncoin Melonjak, Berita Kripto