PAGARALAMPOS.COM - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah mengeluarkan peringatan penting mengenai potensi musim badai yang sangat aktif tahun ini.
Diperkirakan, fenomena La Nina yang akan berkembang bisa memicu peningkatan signifikan dalam aktivitas badai.
Clare Nullis, juru bicara WMO di Jenewa, menyampaikan bahwa kandungan panas laut yang tinggi dan antisipasi perkembangan La Nina diperkirakan akan memicu musim badai yang sangat, sangat, sangat aktif. “Hanya diperlukan satu kali badai untuk menghambat pembangunan sosio-ekonomi selama bertahun-tahun,” ujar Nullis, menekankan pentingnya peringatan dini untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian ekonomi yang mungkin terjadi.
BACA JUGA:Dugaan Korupsi Lelang Barang Rampasan Negara, Jampidsus Dilaporkan ke KPK
Fenomena La Nina dan Potensi Badai
Setelah El Nino, fenomena yang dikenal memicu kekeringan di Indonesia, resmi berakhir dan memasuki status netral, dunia kini bersiap menyambut La Nina.
Lembaga Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA) memprediksi La Nina dapat berkembang pada periode Juni–Agustus 2024 dengan peluang 49 persen, atau pada periode Juli–September dengan peluang 69 persen. NOAA juga memproyeksikan akan ada 17 hingga 25 angin topan pada musim ini, di mana rata-rata biasanya mencapai 14 angin topan.
BACA JUGA:Rusia Genjot Produksi Amunisi Arteleri, Saingi Pasokan Barat Untuk Ukraina
Dari jumlah tersebut, delapan hingga 13 diperkirakan akan menjadi badai, dengan rata-rata tujuh badai setiap tahunnya.
Selain itu, diperkirakan akan ada 4 hingga 7 badai besar (kategori 3, 4, atau 5 di Saffir-Simpson) dengan kecepatan angin mencapai 178 km/jam atau lebih. Peringatan Dini dan Pengurangan Risiko Dalam delapan tahun terakhir, musim badai Atlantik yang berlangsung dari Juni hingga November mencatat aktivitas di atas rata-rata.
BACA JUGA:Mengejutkan Hasil Olah TKP Kios dan Sekolah Dibakar OPM, Ditemukan Selongsong Berserakan
Meskipun demikian, WMO menekankan bahwa peringatan dini telah membantu menyelamatkan banyak nyawa.
Clare Nullis menyebutkan bahwa peringatan dini ini telah berhasil mengurangi angka kematian secara drastis, namun negara-negara berkembang, khususnya kepulauan kecil di Karibia, masih menderita kerugian ekonomi dan korban jiwa yang signifikan. Ko Barrett, Wakil Sekretaris Jenderal WMO, menambahkan bahwa suhu panas laut yang hampir mencapai rekor tertinggi di wilayah pembentukan badai Atlantik dan peralihan ke kondisi La Nina bersama-sama menciptakan kondisi yang sangat kondusif bagi pembentukan badai.
NOAA juga mencatat bahwa suhu laut hangat di Samudera Atlantik memberikan lebih banyak energi untuk memicu terjadinya badai.
BACA JUGA:Tak Hanya Yordania, Mesir Kutuk Serangan Israel, Warga Sipil Jadi Target Bombardir Rafah