PAGARALAMPOS.COM - Penyakit menular seksual (PMS) adalah kondisi infeksi yang dapat menyebar melalui kontak seksual.
Gejala umumnya meliputi ruam atau lepuh, keputihan, serta nyeri pada area kelamin. Jenis PMS yang umum meliputi chlamydia, gonore, sifilis, herpes, HPV, dan HIV.
PMS dapat menular melalui hubungan seksual, baik vaginal, anal, atau oral, dan juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau berbagi jarum suntik dengan individu yang terinfeksi.
Perlu disadari bahwa setiap wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami PMS dibandingkan pria.
Risiko ini meningkat terutama saat mereka aktif secara seksual tanpa perlindungan yang memadai, seperti sering berganti pasangan atau tidak menggunakan kondom.
BACA JUGA:Mengenal Detoks dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Tubuh
BACA JUGA:Kamu Wajib Tau! Inilah Tips Sederhana Jaga Kesehatan Tubuh Saat Sedang Travelling
Seseorang yang mengalami penyakit menular seksual dapat merasakan bagian intimnya terasa gatal dan terbakar serta perasaan nyeri saat buang air kecil atau berhubungan intim.
Ada banyak jenis gangguan yang dapat terjadi, seperti chlamydia, gonore, sifilis, hingga HIV. Namun, manakah jenis penyakit menular seksual yang lebih sering terjadi pada wanita? Berikut ulasannya!
Penyakit Menular Seksual yang Sering Terjadi pada Wanita
Wanita lebih rentan untuk mengalami PMS secara biologis dibandingkan pria. Gangguan ini kerap terjadi saat melakukan hubungan seksual karena permukaan vagina lebih besar dan lebih rentan terhadap sekresi seksual dibandingkan penis yang memang tertutup kulit.
BACA JUGA:5 Tips Sederhana Jaga Kesehatan Tubuh Saat Liburan
BACA JUGA:Jangan Tunggu Sakit! Begini Tips Ampuh Jaga Kesehatan Tubuh di Saat Musim Hujan
Selain itu, potensi untuk infeksi tersebut disimpan di dalam vagina selama hubungan seksual lebih besar dibandingkan sebaliknya.
Seseorang yang mengidap penyakit menular seksual dapat mengalami gangguan yang berbahaya, terlebih lagi saat hamil yang dapat menularkannya pada janin. Gangguan ini mudah menyerang orang lain karena jarang menimbulkan gejala saat terjadi sehingga infeksi lebih mudah untuk tersebar.