Tapi baru pada abad ke-4 M, katakomba hampir seluruhnya menjadi wilayah Kristen ketika Kekaisaran Romawi secara resmi beralih ke agama Kristen.
Sejak abad ke-4 dan seterusnya, narasi tentang kompleks permakaman bawah tanah sebagai konstruksi ‘Kristen’ muncul.
Ada lebih dari 60 katakomba yang masih ada di Roma, 6 di antaranya khusus milik Yahudi. Katakomba ini memiliki arti penting karena merupakan situs arkeologi Yahudi terbesar di luar Israel sejak zaman kuno.
Ditemukan Kembali pada Abad ke-16
Katakomba tidak tersentuh di bawah jalan-jalan pinggiran Kota Roma sampai tahun 1578. Saat itu para pekerja di Vigna Del Sanchez secara tidak sengaja menemukan rongga bawah tanah di sepanjang Via Salaria Nuova.
“Rongga itu ternyata adalah salah satu katakomba yang terlupakan,” ungkap Harms.
Banyak katakomba yang masih ada hingga saat ini, namun hanya beberapa katakomba saja yang masih dapat diakses oleh publik. Jaringan bawah tanah terbesar, Katakomba Saint Callixtus, terletak di Via Appia Antica dan Katakomba Saint Sebastian.
Terletak di dekatnya terdapat Katakomba Domitilla, situs tertua. Juga dapat diakses melalui Appian Way adalah katakomba Yahudi, Vigna Randanini.
Di sisi lain kota, dua katakomba lagi dibuka untuk pengunjung. Keduanya adalah Katakomba Priscilla di sepanjang Via Salaria dan Katakomba St. Agnes yang terletak di Via Nomentana.
BACA JUGA:Para Arkeolog Dunia Dilarang Mengganggu Kuburan Kuno di Arab
Katakomba umumnya dipisahkan menjadi dua kategori: Kristen dan Yahudi. Mayoritas katakomba Kristen kini dimiliki dan dikelola oleh Gereja Katolik Roma melalui Komisi Kepausan untuk Arkeologi Suci.
Tempat ini penting karena beberapa alasan. Salah satunya adalah mengungkap asal mula seni Kristen awal dan mendokumentasikan Kristenisasi Kekaisaran Romawi.
Saat menjelajahi kedalaman katakomba bisa menjadi salah satu aktivitas yang sayang untuk dilewatkan. Dari sana Anda bisa melihat mengapa Kota Roma dikenal sebagai 'kota abadi'. (*)