Nama tersebut memiliki makna:
Tang.ɢwan (ejaan fonetik: Tung - Gwun, di mana G adalah hentakan uvula bersuara) adalah kata Haida yang berarti 'samudra dalam'
ḥačxwiqak (ejaan fonetik: huch / khwi / kuk) adalah kata Nuu-chah-nulth dan Pacheedaht yang berarti 'bagian terdalam dari samudra'
Tsig̱is (ejaan fonetik: tsee-geese) adalah kata Quatsino yang merujuk pada 'monster laut dalam'
BACA JUGA:Peta-Peta Penting Sepanjang Sejarah Kartografi, Dari Yang Kuno Hingga Pencetus Globe
BACA JUGA:Jadi Bukti Peradaban Manusia di Zaman Batu! Arkeolog Berhasil Temukan Benteng Prasejarah di Serbia
2. Memancarkan Air Hangat
Saat melakukan ekspedisi, tim peneliti mengantisipasi adanya air dingin di sekitar gunung yang menjulang 1.100 m di atas dasar laut itu.
Namun, mereka justru menemukan bahwa gunung api purba tersebut memancarkan air hangat dan ditutupi oleh karang.
Panas dan mineral dalam cairan tersebut menjadi alasan bagi produsen laut untuk berkembang dengan baik.
Mereka juga membentuk jaring makanan lokal yang dapat mendukung keragaman organisme di kedalaman laut yang seharusnya dingin dan gelap.
BACA JUGA:Mengungkap Jejak Sejarah Cirebon yang Berhubungan dengan Prabu Siliwangi
BACA JUGA:Sejarah Hajar Aswad, Diriwayatkan Batu Langit Yang Dibawa Malaikat Jibril
3. Pacific White Skate Bertelur di Puncak Gunung
Tidak sampai di situ saja, tim peneliti juga menemukan pacific white skate bertelur di puncak gunung api purba yang berada sekitar 1,5 kilometer di bawah permukaan laut.
"Kami terkejut saat menemukan bukti ventilasi hidrotermal di gunung bawah laut yang menyediakan air hangat ke kedalaman," ungkap tim peneliti.