Hal ini tidak hanya karena bahaya turbulensi dan hujan es yang bisa merusak bagian pesawat, tetapi juga karena pesawat sendiri dapat memicu sambaran petir.
Terutama saat berada di darat atau di luar awan kumulus, pesawat dapat menarik sambaran petir dari awan ke tanah, yang bisa mengakibatkan terjadinya insiden selama take-off atau landing.
Meskipun insiden akibat petir jarang terjadi, risikonya tetap ada.
Laporan dari The Federal Aviation Administration menunjukkan bahwa rata-rata setiap pesawat yang beroperasi di Amerika Serikat hanya mengalami sambaran petir sekali dalam setahun.
BACA JUGA:Sqadron Udara 11 Latihan Air Refueling, Libatkan Pesawat Tempur Sukhoi, dan Tanker Hercules
Namun, jika insiden tersebut terjadi, konsekuensinya bisa fatal.
Kecelakaan terakhir akibat hantaman kilat terjadi pada tahun 1963, ketika sebuah pesawat Boeing 707 jatuh setelah terkena sambaran petir di atas Elkton, Maryland.
Insiden tersebut menyebabkan seluruh penumpang dan kru pesawat, yang berjumlah 73 orang, kehilangan nyawa.
Untuk mengurangi risiko insiden akibat petir, pesawat modern dilengkapi dengan berbagai teknologi keselamatan yang canggih.
Salah satu teknologi tersebut adalah sistem perlindungan terhadap sambaran petir yang terintegrasi ke dalam struktur pesawat.
BACA JUGA:Mau Staycation? Coba 7 Destinasi Wisata dengan Pesawat Terbang untuk Liburan Berbeda
Selain itu, prosedur keselamatan penerbangan juga terus diperbarui sesuai dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan tentang bahaya petir.
Meskipun risiko kecelakaan akibat petir tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, langkah-langkah perlindungan yang ada dapat membantu menjaga keselamatan penerbangan.
Sebagai penumpang, penting untuk tetap tenang dan percaya pada sistem keselamatan yang ada saat terbang di tengah badai petir.
Dengan demikian, Anda dapat terus menikmati pengalaman terbang yang aman dan nyaman, meskipun di tengah-tengah cuaca yang ekstrem.
BACA JUGA:Ilmuwan Cina Kombinasikan Peran Tiga Radar, Mampu Deteksi Posisi Pesawat Siluman Secara Real-Time