Namun, perebutan kekuasaan antara saudara kandung tersebut mengakibatkan Cleopatra terpaksa diasingkan.
Pada tahun 48 SM, dia mencari dukungan dari Julius Caesar, seorang jenderal Romawi yang kuat, untuk mendapatkan kembali tahtanya.
BACA JUGA:Asal-Usul Kata Guin5ea yang Menjadi Nama Empat Negara Begini Sejarahnya
BACA JUGA:Menggali Warisan Sejarah, Mengungkap Peran Arya Wiraraja dalam Lamajang Tigang Juru
Dengan bantuan Caesar, dia mendapatkan kembali kekuasaannya, dan saudara laki-lakinya dikalahkan dan ditenggelamkan di Sungai Nil.
Cleopatra dan Julius Caesar memiliki seorang putra bersama, Caesarion, tetapi setelah pembunuhan Caesar pada tahun 44 SM, dia bersekutu dengan jenderal Romawi lainnya, Mark Antony.
Hubungan mereka romantis dan politis, dan mereka memiliki tiga anak bersama.
Namun, aliansi mereka membuat marah Senat Romawi, khususnya Oktavianus (kemudian dikenal sebagai Augustus), yang menyatakan perang terhadap pasangan tersebut.
BACA JUGA:Kehidupan dan Kehancuran: Kisah Kerajaan Buleleng dalam Sejarah Bali
BACA JUGA:Mengupas Sejarah, Talut dan Umpak sebagai Pondasi Kokoh Bangunan Era Majapahit
Dalam Pertempuran Actium pada 31 SM, pasukan Oktavianus mengalahkan pasukan Cleopatra dan Mark Antony.
Menyusul kekalahan ini, Mark Antony bunuh diri dengan menjatuhkan pedangnya, percaya bahwa Cleopatra sudah mati.
Cleopatra, pada gilirannya, mengambil nyawanya sendiri dengan diduga membiarkan ular berbisa, menggigitnya.
Kematian Cleopatra menandai berakhirnya dinasti Ptolemeus dan awal kekuasaan Romawi di Mesir.
BACA JUGA:Jejal Pemukiman Prasejarah, Menjadikanya Kota-Kota Pertama di Dunia
BACA JUGA:Kota Kuno Peninggalan Suku Maya, Jejak Sejarah di Dasar Danau Atitlan