Hal ini menunjukkan komitmen Rusia untuk mempertahankan kekuatan nuklirnya di laut, dengan kemampuan untuk meluncurkan serangan nuklir dari kedalaman samudra.
Langkah ini juga menciptakan ketegangan tambahan antara Rusia dan negara-negara Barat.
Mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev, terlibat dalam perseteruan dengan Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, terkait dukungan Inggris kepada Ukraina. Medvedev memperingatkan bahwa dukungan tersebut dapat memicu konflik nuklir.
Dalam pertukaran kata-kata yang tajam, Medvedev mengejek Cameron sebagai "orang bodoh" atas komentarnya yang menurutnya mempertaruhkan konflik nuklir.
BACA JUGA:Seperti Ini Kehidupan Palestina di Bawah Pemerintahan Kekaisaran Ottoman
Cameron, sementara itu, mengatakan bahwa Ukraina memiliki hak untuk menggunakan senjata yang disuplai oleh Inggris untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia.
Mengingat peran Rusia dalam konflik di Ukraina, pengerahan rudal Bulava menjadi pendorong ketegangan lebih lanjut di kawasan tersebut.
Putin sendiri telah memperingatkan negara-negara Barat bahwa intervensi langsung pasukan NATO di Ukraina dapat memicu konflik nuklir.
Dengan pernyataan dan tindakan yang semakin keras dari kedua belah pihak, ketegangan di Eropa Timur semakin meningkat.
BACA JUGA:1 Jemaah Haji Asal Lubuklinggau Meninggal Dunia di Madinah, Dimakamkan di Baqi
Langkah-langkah seperti pengerahan rudal Bulava hanya menambah kompleksitas dan ketidakpastian dalam hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat.
Sementara itu, Medvedev yang kini menjabat sebagai wakil Putin di Dewan Keamanan Rusia, menambahkan lapisan ketegangan dengan komentarnya terhadap Cameron.
Perseteruan antara Rusia dan negara-negara Barat tampaknya semakin memanas, dengan risiko konflik yang lebih besar mengintai di cakrawala.
Dengan demikian, langkah Rusia dalam mengerahkan rudal Bulava tidak hanya menjadi bagian dari upaya modernisasi persenjataan nuklirnya, tetapi juga menjadi faktor peningkatan ketegangan dan kompleksitas dalam dinamika geopolitik global saat ini. *