PAGARALAMPOS.COM – Penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta telah menimbulkan gelombang perhatian di kalangan publik dan pelaku industri.
Keputusan yang diambil oleh PT Sepatu Bata Tbk pada tanggal 30 April 2024 tersebut menjadi sorotan utama, mengingat pentingnya peran pabrik tersebut dalam industri alas kaki Indonesia.
Dampak dari penutupan ini tidak hanya dirasakan oleh para pekerja yang terdampak langsung, tetapi juga membawa konsekuensi yang lebih luas bagi ekonomi lokal dan nasional.
Hal ini memunculkan pertanyaan tentang faktor-faktor yang mendorong penutupan pabrik serta tantangan yang dihadapi oleh industri alas kaki di tengah dinamika pasar yang terus berubah.
BACA JUGA:Punya Tantangan di Bisnis Franchise yang Minim Modal? Coba Terapka Cara Ini Agar Usahamu Berkembang
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis Ramah Lingkungan, Langkah Praktis untuk Perubahan Positif
Penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat, pada tanggal 30 April 2024 oleh PT Sepatu Bata Tbk telah menarik perhatian publik, termasuk pemerintah.
Dalam pengumumannya, PT Sepatu Bata Tbk menyatakan telah berupaya selama empat tahun mengatasi berbagai tantangan.
Namun, penurunan permintaan terhadap sejumlah model sepatu yang diproduksi pabrik tersebut menjadi salah satu alasan utama di balik keputusan tersebut.
Menanggapi kasus ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana memanggil manajemen sepatu Bata untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.
BACA JUGA:Menggali Peluang Bisnis di Era Digital, Usaha Rumahan Modal Kecil yang Menjanjikan
BACA JUGA:Bisnis Menjanjikan di Banyuwangi, 5 Peluang Usaha yang Punya Prospek Bagus dan Bisa Dapat Banyak CuanFebri Hendri Antoni Arif, Juru Bicara Kemenperin, mengungkapkan kebingungannya atas penutupan pabrik tersebut, sementara industri alas kaki secara umum dinilai dalam kondisi baik.
Dia mengaitkan hal ini dengan kebijakan larangan terbatas (Lartas) impor yang baru diberlakukan, yang seharusnya mendorong investasi dalam industri tersebut.
Meskipun demikian, Febri juga menyoroti fakta bahwa sebagian besar bisnis Bata berada dalam sektor ritel yang mengandalkan produk impor, sedangkan manufaktur sepatu Bata hanya sebagian kecil dan menggunakan bahan baku impor.
Oleh karena itu, ia mendorong Bata untuk memperkuat produksi lokalnya.